Sebab, di situ didominasi kalimat-kalaimat yang merendahkan, menghina, menjelek-jelekkan, bahkan cenderung mengfitnah orang lain.
Hal itu diungkapkan Jokowi saat kunjungan kerja di Pondok Modern Darussalam Gontor, Desa Gontor, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Senin (19/9/2016).
"Apakah itu nilai-nilai Islam Indonesia? Jawaban saya, tentu bukan," ujar Jokowi di depan para santri sebagaimana dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet (Kompas.com).
Apakah pernyataan Jokowi tersebut termasuk saat ia membaca serangan-serangan gencar Amien Rais kepada Ahok dengan menggunakan kalimat-kalimat kasar, merendahkan, dan menghina Ahok? Sedangkan ia juga mengaku sebagai seorang Muslim yang baik, yang mengetahui dengan baik tentang bagaimana berperilaku sebagai orang Islam?
Yang pasti, semangat Amien Rais yang warga Yogyakarta itu ternyata melebihi semangat warga DKI Jakarta manapun yang menolak Ahok lebih ganas daripada warga DKI Jakarta sendiri. Sekaligus membuktikan betapa tidak konsistennya perbuatan Amien dengan ucapannya sendiri.
Bandit Sesungguhnya Muncullah!
Pada 20 Agustus 2016, di dalam sambutannya di pembukaan Kongres V Barisan Muda PAN di Hotel Royan Kuningan, Jakarta Selatan, Amien Rais kembali menyerukan agar warga DKI Jakarta tidak memilih Ahok di pilgub DKI 2017. Kali ini ia menggunakan kata-kata yang lebih kasar lagi dengan menyebut Ahok sebagai pimpinan bengis (biadab) seperti bandit.Â
Tiga hari kemudian, ... siapa yang bandit sesungguhnya pun muncullah!
Dialah Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Nur Alam, yang lagi-lagi adalah kader PAN!
KPK menetapkan Nur Alam sebagai tersangka korupsi pada 23 Agustus 2016, setelah menemukan dua alat bukti yang masih terus diperbanyak, karena memang banyak.
Nur Alam ditetapkan sebagai tersangka dikarenakan diduga ia selama menjadi Gubernur Sultra telah diduga telah menyalahgunakan jabatannya itu untuk memberi izin penambangan nikel di provinsi yang dipimpinnya itu dengan cara memanipulasi data.