Mohon tunggu...
Garinps
Garinps Mohon Tunggu... Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Pembelajar sejati yang haus akan ilmu di bidang Lingkungan, Kesehatan, IPTEK, Internet, dan Seni.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mikroplastik dalam Teh Celup: Temuan, Dampak, dan Solusi

30 Maret 2025   04:34 Diperbarui: 30 Maret 2025   07:10 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teh celup -- Foto oleh Drew Taylor di Unsplash 

Mikroplastik telah menjadi isu lingkungan dan kesehatan global yang semakin mengkhawatirkan, termasuk di Indonesia. Salah satu sumber mikroplastik yang menarik perhatian adalah teh celup, produk sehari-hari yang banyak dikonsumsi masyarakat. Penelitian lokal maupun internasional menunjukkan bahwa kantong teh celup, yang sering dianggap aman, ternyata dapat melepaskan partikel mikroplastik ke dalam minuman kita. Artikel ini merangkum temuan penting, dampak kesehatan, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko paparan mikroplastik.

Temuan di Indonesia: Merek Teh Celup Populer Terkontaminasi

Ecoton Foundation, organisasi lingkungan di Indonesia, menemukan bahwa beberapa merek teh celup populer di tanah air mengandung mikroplastik. Lima merek yang banyak dikonsumsi---Sosro, Teh Poci, Sari Murni, Sariwangi, dan Tong Tji---terdeteksi mengandung partikel mikroplastik jenis fiber. Partikel ini diduga berasal dari polimer sintetis seperti polietilen (PE) dan nilon, yang sering digunakan sebagai pelapis atau bahan utama kantong teh.

Ketika kantong teh diseduh dengan air panas bersuhu 95C, polimer tersebut dapat terlepas dan bercampur dengan teh. Ecoton memperkirakan bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan---setara dengan ketebalan tiga kartu ATM---dan sebagian besar berasal dari teh celup.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menanggapi temuan ini dengan menyatakan bahwa mereka sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut. BPOM menegaskan bahwa produk teh celup yang beredar telah melalui evaluasi keamanan sesuai regulasi. Namun, mereka mengakui bahwa bahan polietilen memang digunakan dalam produksi kantong teh dan mengimbau konsumen untuk memeriksa nomor izin edar produk sebagai langkah awal memastikan keamanan.

Bukti dari Penelitian Internasional

Temuan di Indonesia sejalan dengan penelitian dari berbagai negara. Studi oleh Autonomous University of Barcelona, Sohag University di Mesir, dan Helmholtz Center di Jerman, yang dipublikasikan dalam jurnal Chemosphere, menunjukkan bahwa kantong teh berbahan polimer dapat melepaskan jutaan partikel mikroplastik dan nanoplastik saat diseduh.

Penelitian dari McGill University di Kanada (2019) yang diterbitkan di Environmental Science & Technology menemukan bahwa satu cangkir teh dari kantong teh celup bisa mengandung 11,6 miliar partikel mikroplastik dan 3,1 miliar nanoplastik. Sementara itu, studi dari Duke University di Jerman menemukan bahwa kantong teh berbahan polipropilena dapat melepaskan hingga 1,2 miliar partikel plastik per mililiter teh.

Artikel National Geographic (Maret 2025) melaporkan bahwa mikroplastik ditemukan dalam sampel darah dari 17 dari 22 donor darah sehat pada 2022, serta dalam 11 dari 13 sampel paru-paru dari pasien bedah. Partikel ini, termasuk serat sepanjang 2 mm, dapat menyebabkan iritasi paru, pusing, sakit kepala, asma, dan bahkan kanker.

Studi New England Journal of Medicine (2024) mengungkapkan bahwa pasien dengan mikroplastik dalam plak karotis memiliki risiko lebih tinggi mengalami serangan jantung atau stroke. Sementara itu, penelitian di Nature Medicine (Februari 2025) menunjukkan akumulasi mikroplastik di otak manusia, yang dikaitkan dengan gangguan neurologis dan kognitif.

Dampak Kesehatan: Dari Peradangan hingga Risiko Kognitif

Dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia masih diteliti, tetapi bukti awal menunjukkan risiko serius. Mikroplastik dapat menyebabkan peradangan, gangguan hormonal, hingga potensi kanker. Penelitian juga menemukan bahwa partikel ini bisa berpindah dari ibu hamil ke janin, berpotensi mengganggu perkembangan biologis.

Di Indonesia, penelitian dari Greenpeace Indonesia dan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa paparan mikroplastik yang tinggi dapat menurunkan fungsi kognitif otak secara signifikan. Mikroplastik juga terdeteksi dalam urin, darah, dan feses responden, menandakan tingkat kontaminasi yang mengkhawatirkan.

Penelitian dari Universitas New Mexico, AS, menemukan bahwa konsentrasi mikroplastik dalam jaringan otak manusia meningkat drastis dalam 50 tahun terakhir. Mikroplastik bahkan ditemukan enam kali lebih tinggi pada otak penderita demensia, meskipun hubungan sebab-akibat belum terbukti. Selain itu, partikel mikroplastik juga terdeteksi dalam darah, ASI, plasenta, hati, ginjal, dan sumsum tulang, yang berpotensi memicu gangguan metabolisme, stroke, dan serangan jantung.

Dampak Lingkungan yang Lebih Luas

Laporan dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mencatat bahwa sampah plastik global meningkat dua kali lipat dari 213 juta ton pada tahun 2000 menjadi 460 juta ton pada 2019. Mikroplastik kini mencemari air, tanah, udara, serta produk konsumsi seperti ikan, daging, dan garam. Dampaknya terhadap ekosistem juga serius---penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menurunkan laju fotosintesis hingga 18 persen, mengancam keseimbangan lingkungan global.

Solusi untuk Konsumen dan Kebijakan

Untuk mengurangi paparan mikroplastik dari teh celup, masyarakat dapat beralih ke teh daun lepas (loose leaf tea) atau kantong teh berbahan alami yang bebas plastik. Pada tingkat kebijakan, Greenpeace merekomendasikan agar pemerintah mempercepat larangan plastik sekali pakai dan meningkatkan pengelolaan sampah berbasis pemilahan. Upaya global juga diperlukan untuk mengurangi polusi mikroplastik, termasuk regulasi yang lebih ketat terhadap penggunaan polimer sintetis dalam kemasan makanan dan minuman.

Kesimpulan

Mikroplastik dalam teh celup bukan lagi isu sepele. Dari temuan di Indonesia hingga penelitian global, bukti menunjukkan bahwa kebiasaan sederhana seperti menyeduh teh bisa membawa risiko kesehatan dan lingkungan. Meski penelitian lebih lanjut masih diperlukan, langkah preventif seperti memilih alternatif bebas plastik dan mendukung kebijakan pengurangan sampah plastik dapat menjadi solusi efektif. Kesadaran dan tindakan kolektif adalah kunci untuk melindungi kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan dari ancaman mikroplastik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun