"Kau mengetahui sesuatu?" Romeo mencoba memancing Gilang. "Kalau ada yang kau ketahui dan tidak kau sampaikan..."
"Bukan disini tempatnya..." Gilang bersiap membela diri "Aku harus pergi... dan ini kau yang bayar kan?" Gilang berdiri sambil menunjuk cangkir teh yang hanya disentuhnya satu kali itu.
Lalu Gilang pergi, meninggalkan Romeo dengan Tanya besar dikepalanya. Dorongan menetapkan Gilang sebagai tersangka terbersit untuk beberapa detik. Tapi, bahkan bukti dan motif orang yang paling mungkin melakukan pembunuhan itu saja belum dia temukan, bagaimana mungkin dia mendesak diri untuk mengarahkan telunjukknya pada Gilang.
"Tunggu..." kata Romeo membalikkan badannya, menghentikan langkah Gilang. "Mungkin, aku melewatkan sesuatu..." Romeo berjalan mendekati Gilang, menggandeng pria itu ke meja kasir.
"Bagaimana kalau... kau yang membunuh Kevin. Kau mencintai Adam, Adam dan Kevin saling mencintai. Tapi Adam kemudian tersakiti, sebab pernikahan itu, lalu..."
"Sempurna..." kata Gilang, tidak membiarkan Romeo melanjutkan kata -- katanya "tanyakan pada rekan -- rekanmu, cari buktinya, dan aku akan ada dikantormu besok pagi!"
"bukan besok pagi... tapi malam ini kau ikut denganku" printah itu keluar dari bibir Romeo begitu saja. Dan tampaknya, Gilang tidak keberatan dengan permintaan yang dianggapnya konyol itu.
"baiklah... bagaimanapun kau diberi dua puluh empat jam untuk menahanku sampai kau bisa memberi bukti kalau aku tersangkanya!"
"kau paham soal hukum yaa" Romeo sedikit mencemooh.
"Aku berhak diam, kau tidak boleh memasukkan aku kedalam sel walaupun aku menginginkannya, dan aku berhak untuk memanggil pengacaraku" kata Gilang "tapi, yang paling penting aku harus memberi kabar pada istri dan orang tuaku... seseorang harus menjemput mobilku disini"
Lalu mereka berjalan menyisiri orang -- orang yang mencuri pandang terhadap keduanya. Berbanding terbalik dengan Gilang yang sangat tenang, Romeo tampak mulai pucat seperti dia sedang berpikir apa yang akan dihadapinya dalam pemeriksaan nanti.