Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

NU dan Politik Kebangsaan dalam Membangun Peradaban

6 Februari 2023   11:23 Diperbarui: 7 Februari 2023   00:40 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ambung Kapur jalan sehat pakai sarung. Santri ini adalah masa depan NU di daerah. (foto dok pribadi)

Isyu keagamaan, nyaris dipunyai oleh NU dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini terus mewarnai politik kebangsaan di tanah air ini. 

Tentu kebesaran NU saat ini, tak bisa dilepaskan dari peran besar KH. Abdurrahman Wahid, dan tokoh NU lainnya di tahun 1984. 

Tokoh yang tiga periode memimpin NU, akrab dengan sebutan Gus Dur, pernah jadi presiden ini mampu mengembalikan kekuatan NU dari partai politik, ke kekuatan politik kebangsaan. 

Istilah NU kembali ke khittah sangat populer kala itu. Kembali ke asalnya, yakni mengurusi umat. 

Menegakkan dakwah amar makruf nahi mungkar. Menyebar kedamaian lewat Islam rahmatan lil alamin. 

Kembali ke khittah, meninggal PPP setelah berpusi ke partai berlambang Ka'bah pada tahun 1973. 

Sebelum 1973, NU pernah jadi partai politik, dan ikut jadi partai empat besar di republik ini. 

Setelah PNI, Masyumi dan NU menjadi partai besar. Luar biasa sekali, sehingga kekuatan NU berada dalam satu arah. 

Penyederhanaan partai, NU terpaksa gabung dengan PPP. Suka duka dalam partai ini, membuat suara kepentingan kembali ke khittah bergema. 

Ternyata, kembali ke khittah ini tak sia-sia. Organisasi tambah besar, dan besar. Keberadaannya kian diperhitungkan oleh negara. 

Sepertinya, NU besar karena ada konflik. Konflik yang menjurus pada pembangunan kekuatan lembaga, adalah modal untuk bisa kuat dan besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun