Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

NU dan Politik Kebangsaan dalam Membangun Peradaban

6 Februari 2023   11:23 Diperbarui: 7 Februari 2023   00:40 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ambung Kapur jalan sehat pakai sarung. Santri ini adalah masa depan NU di daerah. (foto dok pribadi)

Selasa (7/2/2023) puncak peringatan Harlah satu abad Nahdlatul Ulama (NU). Mengangkat tema: merawat jagad membangun peradaban. Puncak harlah itu berlangsung 24 jam di Sidoarjo, Jawa Timur. 

Dengan warna warni, semua warga NU merasakan kebanggaan tersendiri, setelah berjuang tentunya. 

Belakangan, NU mashur dekat dan bahkan berada dalam lingkaran kekuasaan negeri ini. 

Dan itu jamak diketahui semua orang. Kehadiran KH. Ma'aruf Amin di tampuk kekuasaan negeri ini, membuat NU ikut hanyut dalam politik kekuasaan. 

Tarik menarik kepentingan dalam NU pun tak dapat dihindari. Sepertinya, oleh kekuasaan sendiri NU adalah kunci utama dalam menjalankan roda pembangunan. 

Nyaris setiap kegiatan besar yang dilakukan NU, Presiden Jokowi hadir dan ikut memberikan sambutan. 

Agaknya, momen seabad NU harus dijadikan titik nadir, dan kilas balik perjuangan para ulama dulu dalam membesar organisasi yang lahir 1926 ini. 

KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri dan kiai lainnya adalah spirit dan lokomotif dalam kehadiran organisasi Islam terbesar ini. 

Secara nasional, NU telah berhasil melebur organisasi lokal menjadi tumpangan. Seperti Perti di Sumbar nyaris hilang dalam peredaran. 

Suara organisasi yang lahir 2928 di Minangkabau ini, secara nasional tidak lagi bergema. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun