Dalam pesta demokrasi, masyarakat adalah pemenang. Lalu yang kalah, ya masyarakat juga. Makanya fakta integritas siap kalah amat penting dilakuan sebelum bertanding. Siap menang, sebenar tak penting. Sebab, semua peserta sudah pasti siap menang.
Ikut mencaleg, ya untuk menang. Dapat kursi dewan dan kepala daerah serta penguasa di republik ini. Tak seorang pun peserta itu yang cita-citanya kalah dalam pertarungan.
Di Padang Pariaman geliat pesta demokrasi itu pun tak kalah serunya dari daerah lain. Sama barangkali. Hanya saja konteksnya yang beda, sesuai kultur dan kearifan lokal masing-masing daerah.
Dua orang tokoh, Suhatri Bur yang sedang jadi bupati saat ini dan John Kenedy Azis, anggota DPR RI sudah dua periode, sedang seksi-seksinya diperbincangkan oleh hampir semua orang di daerah ini.
Keduanya juga tokoh politik di partainya masing-masing. Apakah keduanya akan berpasangan dalam Pilkada 2024? Atau keduanya bersaing dan bertanding?
Kita tunggu dan lihat saja tanggal mainnya. Dalam politik tak ada yang tidak mungkin. Segalanya bisa saja terjadi. Yang paling menarik itu adalah lompatan yang dilakukan kedua orang ini lewat kekuasaannya masing-masing.
Meskipun beda partai, tapi keduanya juga ada dan sering dalam satu kegiatan berbarengan. Tak masalah. Akan lebih pintar lagi masyarakat menilai, lalu jadi buah pembicaraan di kedai kopi.
"Kalau ingin mengadakan iven pertandingan sepakbola atau olahraga lainnya, rancak undang Ajo, sapaan John Kenedy Azis," ujar seorang masyarakat.
Ajo diundang, di samping "pasti tiba", dia dengan ringannya menyumbang. Hebatnya, hanya pertandingan takraw dalam kampung kecil, ringan saja Ajo memberi sumbangan jutaan rupiah.
Sementara, kalau maulid atau mengaji serta jadi saksi nikah dalam helat pengantin, rancak undang Aciak, begitu orang Padang Pariaman menyapa Bupati Suhatri Bur.
Kalimat demikian santer dan jadi omongan viral hampir di setiap sudut kedai, dan tempat nongkrongnya pelaku politik daerah ini.