Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Buya Syafii Maarif dan Gus Dur Bagaikan Buku yang Tidak Pernah Selesai Dibaca

28 Mei 2022   13:37 Diperbarui: 28 Mei 2022   21:01 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buya Syafii Maarif sedang mendayung sepeda dalam sebuah urusan dakwah. (foto dok andreas)

Setelah Gus Dur wafat 2009 silam, Buya tampil dan dinilai memberi keteladanan yang sama dengan Gus.

Meskipun dalam soal amaliah, NU dan Muhammadiyah selalu berbeda. Namun, kedua tokoh ini mampu menyatukan dua kekuatan bangsa, NU dan Muhammadiyah.

Tak banyak dan nyaris tak ada gesekan dari pengikut kedua ormas Islam terbesar di Indonesia ini.

Cerita kesederhanaan Gus dan Buya Syafii Maarif ini jadi sumber inspirasi tersendiri oleh Jakob Oetama, pemilik Kompas Gramedia.

Dalam sebuah buku tentang Gus Dur, Jakob Oetama menulis dan menceritakan pengalamannya ketika bertandang ke PBNU.

Langsung masuk ke ruangan kerja Gus Dur, Jakob Oetama melihat sang tuan rumah sedang menikmati kacang rebus yang dibungkus dengan kertas koran bekas.

Tentu, kacang rebus tak dibeli Gus Dur di supermarket. Melaikan di emak-emak yang jualan sambil berjalan, di sebuah komplek.

Sikap sederhana dan tak terpengaruh oleh kekuasaan yang dipegangnya, membuat Buya dan Gus Dur menjadi teladan yang sempurna.

Membaca Buya Syafii Maarif dan Gus Dur, bagaikan buku yang tak pernah selesai dibaca. Dan tak akan pernah hilang dalam peredaran karena selalu jadi sumber inspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun