Setelah Gus Dur wafat 2009 silam, Buya tampil dan dinilai memberi keteladanan yang sama dengan Gus.
Meskipun dalam soal amaliah, NU dan Muhammadiyah selalu berbeda. Namun, kedua tokoh ini mampu menyatukan dua kekuatan bangsa, NU dan Muhammadiyah.
Tak banyak dan nyaris tak ada gesekan dari pengikut kedua ormas Islam terbesar di Indonesia ini.
Cerita kesederhanaan Gus dan Buya Syafii Maarif ini jadi sumber inspirasi tersendiri oleh Jakob Oetama, pemilik Kompas Gramedia.
Dalam sebuah buku tentang Gus Dur, Jakob Oetama menulis dan menceritakan pengalamannya ketika bertandang ke PBNU.
Langsung masuk ke ruangan kerja Gus Dur, Jakob Oetama melihat sang tuan rumah sedang menikmati kacang rebus yang dibungkus dengan kertas koran bekas.
Tentu, kacang rebus tak dibeli Gus Dur di supermarket. Melaikan di emak-emak yang jualan sambil berjalan, di sebuah komplek.
Sikap sederhana dan tak terpengaruh oleh kekuasaan yang dipegangnya, membuat Buya dan Gus Dur menjadi teladan yang sempurna.
Membaca Buya Syafii Maarif dan Gus Dur, bagaikan buku yang tak pernah selesai dibaca. Dan tak akan pernah hilang dalam peredaran karena selalu jadi sumber inspirasi.