Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Buya Syafii Maarif dan Gus Dur Bagaikan Buku yang Tidak Pernah Selesai Dibaca

28 Mei 2022   13:37 Diperbarui: 28 Mei 2022   21:01 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buya Syafii Maarif sedang mendayung sepeda dalam sebuah urusan dakwah. (foto dok andreas)

Namun, itu tidak dilakukannya. Buya ingin, semua pasien harus sama, dan dapat perlakuan yang sama, meskipun rumah sakitnya milik satu golongan.

Begitu benar keteladanan yang dia tularkan kepada semua anak bangsa ini. Bisa dan banyak peluangnya untuk dapat kekuasaan negara, tapi tak dilakukannya.

Buya ingin alam yang menentukannya. Seleksi alam, tentu langsung dari Yang Maha Kuasa.

Kegiatan dakwah secara lisan dan tulisan, membuat Buya bebas dan merdeka berpikir, serta berbuat untuk kemaslahatan bangsanya sendiri.

Sikap diterima semua kalangan itulah, Buya mampu melihat sebuah persoalan secara proporsional, dan bertindak secara profesional.

Baginya, memberikan teguran, atau mengkritik kekuasaan yang sedang berjalan, tak punya pertimbangan selain menunaikan kewajiban sesama manusia, dan sesama muslim, serta sesama anak bangsa.

Dia pernah menegur Presiden Gus Dur saat sedang berkuasa. Baik secara lisan, maupun secara tulisan.

Hebatnya, kedua tokoh bangsa ini tak pernah saling menyalahkan. Yang ada hanya saling membutuhkan.

Suatu ketika, saat hadir dalam kegiatan Haul Gus Dur, Buya Syafii Maarif mengaku rindu dengan kawannya itu.

Rindu akan guyonan, dan joke Gus Dur yang begitu mampu meredamkan api amarah yang sedang memuncak.

Tak heran, semua tokoh agama di republik ini merasa kehilangan atas wafatnya Buya Jumat (27/5/2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun