Mohon tunggu...
Damai Purba
Damai Purba Mohon Tunggu... Administrasi - Travel for another knowledge

Membuana dalam kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Healing is A Choice

6 Februari 2019   17:40 Diperbarui: 6 Februari 2019   17:47 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya selalu mendengar kalau setiap hari mereka merasakan desakan yang sama, dan mereka meminta Tuhan dan terkadang menangis pada Tuhan untuk menghilangkan rasa sakit yang ada dan menghilangkan hasrat yang terus mendesak. 

Mereka berharap akan hadirnya intervensi dari Allah dalam sejarah dan menghentikan melalui mujizat apa yang sedang berproses secara bertahun-tahun, sehingga mereka tidak melakukan hal yang lain. 

Mereka percaya bahwa meminta pada Tuhan untuk mengenyahkannya, itu sudah cukup, atau mereka menggunakannya sebagai alasan untuk tidak melakukan hal yang lainnya.

Anda mungkin melakukan hal yang sama. Anda mungkin telah memohon pada Tuhan untuk menghilangkan kerakusan Anda, mengubah suami atau istri Anda, mengubah anak-anak Anda, dan menghilangkan rasa sakit Anda. 

Tidak salah memohon pada Tuhan. Bahkan Tuhan pernah berkata bahwa kita sering tidak mendapat karena kita tidak meminta. 

Jika anda masih terus berada dalam sikap memohon pada Tuhan untuk memulihkan Anda atau mengenyahkan pergumulan yang ada maka saya perlu mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang pernah Yesus ajukan pada seorang pria dua ribu tahun yang lalu. 

Mungkin kita pernah mendengar cerita mengenai seorang pria yang sudah menantikan kesembuhan selama tigapuluh delapan tahun di tepi sebuah kolam bethesda untuk menunggu air bergejolak dan berharap seseorang akan menolongnya untuk masuk kedalam kolam yang sedang bergejolak yang akan memberikan kesembuhan.  Tiga puluh tahun dihabiskan mencari sesuatu yang tidak pernah terjadi ketika dia mencoba hal yang sama berulang kali tanpa hasil. 

Kemudian dihari yang menentukan itu Yesus berjalan ketilamnya dan mengajukan pertanyaan yang luar biasa yang ingin saya ajukan pada Anda. Yesus tidak hanya memulihkan dia. 

Dia tidak berasumsi bahwa pria itu ingin dipulihkan setelah tiga puluh delapan tahun dihabiskan sebagai orang cacat. Yesus malah bertanya kepada orang itu, "Maukah engkau sembuh?" (yoh 5:5-6). Pria itu memiliki pilihan untuk disembuhkan atau tidak. 

Harus ada "maukah" dalam kehendak orang itu. Dia bisa memutuskan untuk sakit selamanya dan ada beberapa alasan untuk memutuskan itu. Dia mungkin ingin terus sakit dan berbaring, atau dia sudah nyaman dalam kondisinya.

Mengajukan pertanyaan kepada seorang pria yang sudah sakit selama tiga puluh delapan tahun bukanlah pertanyaan yang aneh. Saya telah melayani banyak orang selama bertahun-tahun yang seharusnya bisa mengalami pemulihan tetapi menolaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun