Mohon tunggu...
Dahlia Silitonga
Dahlia Silitonga Mohon Tunggu... Senang belajar dan menulis

Anak pertama dari 4 bersaudara, sayang keluarga, senang jalan jalan, menulis dan bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kadiroen Kromodiwirjo

23 Maret 2023   13:50 Diperbarui: 23 Maret 2023   13:52 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Kadiroen Kromodiwirjo mungkin tidak terlalu dikenal oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Namun, hari ini saya beruntung bisa menghadiri kegiatan bedah buku berjudul "Berjalan Sampai ke Batas". Buku yang berisi kisah nyata pengalaman seorang digulis. Lebih tepatnya seorang digulis itu bernama Kadiroen Kromodiwirjo. Pemaparan presentasi buku langsung oleh generasi ketiga pak Kadiroen, pak Triono. Pembedahan buku dilakukan secara apik dengan memperlihatkan tulisan buku diary eyang Kadiroen beserta bukti otentik lainnya di Universitas Indonesia, 21 Maret 2023.

Kadiroen merupakan salah seorang perintis Kemerdekaan Indonesia yang diasingkan ke Digul, Irian Barat. Kadiroen memiliki pendidikan sekolah angka satu pada tahun 1906-1909. Kiprah perjuangannya merintis Kemerdekaan Indonesia dimulai dengan aksi pemogokan pegawai kereta api di pesisir utara Pulau Jawa pada tahun 1920 dan pembuangannya berlanjut ke kamp kawanan perang di Cowra dan akhirnya di kota Mackay, Queensland Australia pada tahun 1942.

Walaupun dalam keadaan pembuangan di Australia, Kadiroen dan rekan-rekan digulis lainnya masih aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan partai politik bernama PARKI (Partai Kebangsaan Indonesia). Dari partai politik inilah para kaum digulis mulai menyuarakan perjuangan bangsa hingga ke PBB di San Fransisco dan mendapatkan simpati masyarakat Australia yang ikut mendukung perjuangan para kaum digulis. 

Setelah Kemerdekaan Indonesia, Kadiroen terus berjuang melawan penjajah Belanda hingga tahun 1949. Para pahlawan hebat yang berani bersuara lantang ditengah kebungkaman kekejaman penjajahan di tanah air. Para eks kaum digulis telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah Indonesia sebagai pahlwawan perintis kemerdekaan. 

Kehidupan sosial budaya Kadiroen selama hidupnya tertulis sarat penuh makna pada buku Berjalan Sampai ke Batas. Penulisan bahasa pada buku ini masih terdapat ejaan lama dengan menggunakan bahasa Jawa dan disertai artinya pada catatan kaki. Percakapan Eyang Kadiroen dan atasannya seorang Belanda juga menarik dibaca. Pemahaman istilah tingkatan ujian kenaikan gaji Kadiroen dalam bahasa Belanda turut dipahami bahwa kenaikan gaji pegawai Belanda zaman dahulu akibat dari hasil ujian yang baik. Foto dokumentasi asli keluarga Kadiroen turut dilampirkan pada bagian buku ini.

 Jadi, bagi yang penasaran ingin membaca tuntas buku ini, miliki segera ya!

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun