Pengaruh Kebiasaan Membaca Sukarno terhadap Fondasi Intelektual Kepemimpinannya
Kepemimpinan Sukarno, Presiden pertama Republik Indonesia, tidak terlepas dari berbagai pengaruh intelektualitas yang membentuk pandangannya terhadap dunia dan perjuangan kemerdekaan. Salah satu aspek penting yang diungkapkan oleh Sigit Aris Prasetyo dalam buku Go to hell with Your Aid, adalah kebiasaan Sukarno sejak masa kecil dan remajanya untuk membaca buku.
Kebiasaan ini tidak hanya memperkaya wawasan Sukarno, tetapi juga membentuk dasar-dasar pemikiran politik, sosial, dan budaya yang kemudian diterapkannya dalam perjuangan revolusi Indonesia.
Mengamati kembali Sukarno, membuat kita berpikir untuk memperbandingkan dengan kondisi saat ini, di mana kebiasaan membaca di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup serius. Berbagai survei menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia sebenarnya cukup tinggi, tetapi kekuatan baca atau kemampuan memahami dan mengolah informasi dari bacaan masih tergolong lemah.
Banyak rakyat Indonesia membaca sekadar untuk memperoleh informasi secara instan, tetapi mereka tidak membangun pemahaman yang mendalam atas apa yang ia baca. Hal ini berbeda dengan Sukarno yang menjadikan membaca dan bacaannya sebagai sarana perenungan dan alat perjuangan untuk membangun kesadaran kolektif bangsa Indonesia.
Sukarno pun tak hanya membaca buku-buku yang membahas politik dan sejarah, tetapi juga karya sastra, filsafat, dan ideologi dari berbagai negara, yang kemudian ia olah menjadi gagasan besar tentang nasionalisme, marhaenisme, dan revolusi. Inilah yang membedakan antara membaca sebagai sekadar aktivitas dan membaca sebagai proses pembentukan karakter dan pemikiran kritis.
Kondisi ini menjadi refleksi bagi kita bahwa membaca bukan hanya soal minat. Membaca juga tentang bagaimana suatu bangsa mengembangkan daya analisis dan pemahamannya terhadap realitas sosial.
Jika di masa lalu seorang Sukarno dapat menjadikan bacaan sebagai bahan merumuskan strategi perjuangan bangsa, maka di era digital ini, membaca seharusnya tetap menjadi fondasi berpikir kritis agar tidak mudah terombang-ambing oleh informasi dangkal dan manipulatif.
Kebiasaan Membaca Sebagai Fondasi Intelektual Sukarno
Sejak kecil, Sukarno telah menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap dunia literasi. Di tengah masa kanak-kanaknya yang seharusnya diisi dengan permainan fisik di lapangan dan sungai, Sukarno muda justru lebih memilih menghabiskan waktu luangnya dengan membaca berbagai buku.