Sebelum kami mencapai gedung itu, kami melewati sebuah distrik di mana banyak sekali orang asing berjualan, harmoni kedamaian di lingkungan para pedagang ini terlihat jelas.
Sampai ada seorang pemabuk berkebangsaan asing berkelahi dengan seorang samurai muda.
"HEI!" Gertak pemabuk itu bengis, "Kembalikan gelasku!"
"Pak, Anda sudah terlalu mabuk, pak!" Balas samurai itu ketus.
"Saya masih bisa berdiri, hai bocah! Tidak lihat saya masih bisa berdiri tanpa dipegangi orang kampungan sepertimu, HAH?!"
"Masalahnya adalah bapak tak menyadari apa yang telah bapak ucapkan!" Samurai itu menyanggahnya dengan menghembuskan napas, mulai kehilangan kesabarannya.
Apa yang awalnya merupakan respon sinis dari samurai itu mulai berubah menjadi amarah berapi-api begitu orang asing itu langsung memukulinya dan menghardiknya dengan sumpah-serapah yang sangat keji.
"DIAM KAU, ANAK KUDISAN! AKAN KUBUNUH KAU!"
Sebilah, tidak, beberapa pedang katana mulai keluar dari sarungnya dengan cepat. Beberapa penduduk pribumi mulai kesal dengan arogansi orang itu.
Tak peduli dengan respon masyarakat, orang itu mulai melempar gelas arak yang ada di mejanya.
Aku tak tahu lagi peristiwa selanjutnya.