"Mata-mata asing yang menyelinap di kapal sambil berpura-pura sebagai warga sipil." Jawabnya.
"Lalu, bagaimana bapak bisa yakin kalau kami ini mata-mata?" Yanto langsung membantah pernyataan Pak Anwar,
"Kami tak punya niat keji apapun datang ke kapal ini! Kami ingin membantu ekspedisi bapak dengan menjelaskan pada bapak apa yang kami tahu tentang Jepang, negara yang ingin bapak kunjungi sebagai bagian dari misi pertukaran budaya Kesultanan!"
Langsung saja Alfi memukul kepala Yanto yang berada di sebelah kanan dirinya.
"Kau gila, apa?! Orang seperti itu kau gertak?! Ini kapal militer, barbar!" Bisik Alfi dengan marah, "Sekali lagi, ya. Ini kapal M-I-L-I-T-E-R, paham artinya itu? Orang di sini pasti keras karena mereka tentara, bung!"
Akhirnya, kukatakan apa yang harus kukatakan untuk meyakinkan sang kapten dan ajudannya.
"Maafkan teman-teman saya, pak. Kami bertiga ini memang betul pernah pergi bersama orang tua saya berkeliling Asia untuk berdagang, salah satu tujuan kami saat itu adalah ke Jepang. Jadi, kami ingin membantu bapak-bapak sekalian untuk perjalanan ini."
Sang kapten langsung mengangguk dan Alfi serta Yanto melihat ke arahku yang berada di kanan mereka.
"Jadi, itu ya, tujuan kalian?" Ajaib, sang kapten percaya begitu saja dengan 'kisah' kami.
"Sebentar, di mana surat izin kalian?!"
"Tenanglah, sekarang bapak bisa memercayai tujuan mereka," Sang kapten terlihat meyakinkan Pak Anwar, "Toh, mereka ini kumpulan pedagang,'kan?"