Kami bertiga duduk di kursi rotan hitam di depan pak Gurun.
"Baiklah," Ucap pak Gurun, "Ketahuilah ini, misi aslinya lebih berbahaya dari apa yang baru saja kalian laksanakan."
"Maksudnya?" Kami bertiga bertanya pada saat bersamaan.
"Maksud pak Gurun adalah kalian tadi sebenarnya dikirim ke portal itu untuk sebuah latihan." Ucap Ustadz Yahya.
"Dengan kata lain, semua pengalaman kalian yang ada hubungannya dengan masa lampau dan mengandung senjata masa depan, Resonansi Waktu, hingga pengiriman kalian menuju Wakayama, itu semua latihan dalam bentuk simulasi hologram." Lubna menambahkan.
"Kalian berhasil melewati semuanya," Pak Gurun memberi selamat kepada kami, "Kalian memiliki kerja sama yang baik. Yanto memiliki loyalitas tinggi terhadap teman, Alfi mampu menganalisis situasi, dan Kuta memiliki inisiatif dalam menjalankan suatu rencana."
"Hah? Jadi Resonansi Waktunya bohong, dong?" Yanto menganga.
"Tidak juga," Lubna tersenyum, "Sebenarnya, 'Resonansi Waktu' bukanlah fenomena menjelajah waktu. Fenomena itu akan kuberitahukan lebih lanjut."
"Oalah, kita dibohongi dengan kisah fiksi ilmiah." Alfi bingung harus bereaksi seperti apa.
"Cerdik, sih, Al," Jawabku, mencoba berpikir positif, "Tapi, mengapa?"
"Sebenarnya, kami ingin mencari kandidat dengan rasa penasaran tinggi dan kemampuan bekerja sama yang baik." Kata Ustadz Yahya.