Mohon tunggu...
Daffa Andika
Daffa Andika Mohon Tunggu... Mahasiswa Teknik Informatika

Lebih menyukai olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengelola Prioritas dalam Agile: Kunci Keberhasilan Perangkat Lunak Modern

2 Mei 2025   18:45 Diperbarui: 2 Mei 2025   16:17 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pengembangan perangkat lunak modern, penentuan prioritas merupakan aspek fundamental yang menentukan keberhasilan proyek. Artikel "Priority Based Software Development Effort Estimation Using Agile Approach" oleh Hannan, Asghar, dan Baig (2017) menyoroti pentingnya integrasi metode Agile dalam estimasi upaya pengembangan berdasarkan prioritas kebutuhan.

Artikel ini membahas keterbatasan model estimasi tradisional seperti COCOMO II dalam menangani dinamika kebutuhan pengguna. Model-model konvensional tersebut cenderung tidak fleksibel dan tidak mempertimbangkan tingkat urgensi atau kepentingan dari tiap fitur perangkat lunak. Untuk mengatasi hal ini, penulis mengusulkan pendekatan estimasi berbasis prioritas yang menyelaraskan proses estimasi upaya dengan nilai bisnis dan urgensi dari tiap elemen kebutuhan.

Pendekatan yang diajukan melibatkan penentuan prioritas berdasarkan kontribusi kebutuhan terhadap tujuan bisnis, urgensi implementasi, dan ketergantungan dengan fitur lain. Dengan demikian, estimasi yang dihasilkan menjadi lebih relevan dengan kondisi nyata proyek dan ekspektasi pemangku kepentingan. Artikel ini menempatkan pengguna sebagai pusat proses, sejalan dengan prinsip Agile yang mengutamakan respons terhadap perubahan dan kolaborasi intensif dengan klien.

Penulis juga mengembangkan algoritma khusus yang memperhitungkan prioritas kebutuhan sebagai parameter dalam perhitungan estimasi. Algoritma ini diuji pada sejumlah proyek perangkat lunak dan hasilnya menunjukkan peningkatan akurasi estimasi hingga 15% dibanding pendekatan konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa memasukkan dimensi prioritas dapat secara signifikan memperbaiki keandalan estimasi waktu dan biaya.

Lebih jauh lagi, artikel ini juga menekankan pentingnya komunikasi yang berkelanjutan antara tim pengembang dan pemangku kepentingan. Dengan memahami prioritas yang berubah secara dinamis, tim dapat menyesuaikan rencana kerja dan alokasi sumber daya secara lebih adaptif. Ini sejalan dengan semangat iteratif dalam Agile, di mana perubahan dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan perlu diakomodasi.

Kontribusi artikel ini sangat relevan dalam konteks proyek-proyek yang memiliki ruang lingkup tidak pasti atau rentan terhadap perubahan kebutuhan. Pendekatan berbasis prioritas tidak hanya meningkatkan kepuasan pengguna, tetapi juga membantu organisasi dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya, terutama waktu dan tenaga pengembang.

Dari sisi implementasi teknis, artikel ini memberikan contoh struktur bobot prioritas yang dapat diintegrasikan dalam alat bantu manajemen proyek seperti Jira atau Trello. Dengan visualisasi kebutuhan berdasarkan tingkat prioritas, tim dapat lebih mudah fokus pada pengembangan fitur-fitur bernilai tinggi terlebih dahulu, serta menunda atau bahkan mengeliminasi fitur yang tidak krusial.

Artikel ini juga menyarankan bahwa estimasi berbasis prioritas harus diikuti dengan evaluasi rutin, mengingat nilai dan urgensi fitur bisa berubah seiring waktu. Oleh karena itu, perlu diterapkan pendekatan continuous estimation yang memungkinkan sistem estimasi diperbarui setiap kali backlog berubah secara signifikan. Dengan demikian, tim dapat menghindari backlog yang membengkak atau sprint yang tidak realistis.

Hal yang menarik adalah bahwa model ini tidak bertumpu pada teknik machine learning yang kompleks, melainkan pada logika prioritisasi yang kuat dan partisipasi aktif dari pemangku kepentingan. Ini menjadikan pendekatan ini lebih mudah diadopsi oleh tim yang belum memiliki infrastruktur teknologi canggih, namun tetap ingin meningkatkan akurasi estimasi dan kecepatan pengiriman.

Lebih penting lagi, pendekatan ini dapat digunakan sebagai landasan untuk adopsi teknik prediktif lebih lanjut. Dengan mengumpulkan data historis dari proyek-proyek sebelumnya yang telah diprioritaskan, organisasi dapat mulai mengembangkan model statistik atau machine learning yang menyesuaikan estimasi berdasarkan pola prioritas yang berulang. Ini membuka peluang integrasi dengan sistem cerdas di masa depan.

Kesimpulan:
Artikel karya Hannan dkk. menunjukkan bahwa prioritas bukan hanya faktor manajemen proyek, tetapi juga parameter teknis yang layak diintegrasikan ke dalam proses estimasi. Dengan memperhitungkan urgensi dan nilai bisnis kebutuhan, estimasi menjadi lebih realistis, adaptif, dan berdampak pada efisiensi operasional secara menyeluruh. Pendekatan ini sangat cocok untuk lingkungan yang dinamis, di mana perubahan cepat adalah keniscayaan. Integrasi prinsip Agile dengan logika prioritisasi menjadikan proses rekayasa perangkat lunak tidak hanya responsif, tetapi juga proaktif dalam memberikan nilai.

Referensi (APA):
Hannan, A., Asghar, M. Z., & Baig, A. R. (2017). Priority Based Software Development Effort Estimation Using Agile Approach. Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science, 7(1), 137--144. https://doi.org/10.11591/ijeecs.v7.i1.pp137-144

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun