"Sekarang sudah jam tiga, waktunya untuk bangun makan Sahur. Bapak, Ibu, kakak dan adik semua di rumah. Sahur, sahur...sahur...Jangan lupa kirim juga ke mesjid makan untuk kita yang lagi membangunkan Sahur," katanya.
Tapi sekali waktu, kata Ustad Das'at Latief, si anak muda yang biasanya membangunkan orang untuk makan Sahur, berhalangan dan digantikan oleh "Marbot" -- penjaga masjid/mushola yang asli tapi sudah udzur.
Saat mencoba membangunkan orang untuk bangun makan Sahur, justeru menghebohkan warga sekitar karena suaranya di pengeras suara berbeda dari biasanya.
"Jangan Pak, jangan Pak, jangan Pak...," begitu suaranya seperti terdengar lagi minta tolong. Warga kaget mendengarnya.Â
Warga menyangka si Marbot masjid lagi dianiaya seseorang lalu minta tolong, dan suaranya terdengar dengan jelas di pengeras suara.
Maka jamaah masjid yang mendengar suara "jangan pak....jangan pak" di suasana dinihari yang sepi itu, segera berdatangan ke masjid. Mereka penasaran dan ingin mengetahui apa yang menimpa sang Marbot.
Marbot sendiri juga heran, koq tiba-tiba mesjid jadi ramai jamaah? "Ada apa Pak, Ibu, koq pada datang ke mari, mau bawa makanan Sahur untuk saya?," kata Marbot, malah bertanya.
"Justeru kami ramai-ramai ke mari, itu karena suara bapak di pengeras suara tadi seperti orang yang lagi dianiaya dan memohon jangan pak...jangan pak. Ada apa sih sebenarnya?," seorang jamaah bertanya.
"Akh gak koq pak. Saya hanya bilang, jam empat....jam empat," jawab si Marbot dengan enteng. "Tapi kedengarannya di pengeras suara 'jangan pak'.. 'jangan pak'. Jadi maksud bapak mau mengingatkan kalau sudah jam empat? Bukan 'jangan pak'?".
Mendengar penjelasan Marbot yang sudah udzur itu, akhirnya jamaah pun bubar dan buru-buru kembali ke rumah masing-masing. Mereka takut tidak keburu Sahur karena sudah masuk waktu "Imsyak" atau waktu berhenti untuk makan Sahur. Oalah....