Beberapa waktu lalu, dunia dikejutkan dengan seorang Wanita yang diperkosa di dalam Bus Amerika Serikat. Tetapi, warga di sana nampak tak acuh terhadap prilaku tersebut. Ini adalah salah satu contoh konkret dari sudah terinternalisasinya paham individualisme dalam pergaulan manusia.Â
Yang pada hari ini, dengan perkembangan teknologi yang makin massif dan adanya globalisasi semakin mempercepat membuat manusia menjadi Leviathan sebagaimana yang dirumuskan Hobbes dengan ketidakpedulian terhadap sesamanya.
Maka, mari kita bayangkan apa jadinya ketika etika politik individualisme ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan serta tingkah pola para pemegang kuasa tanah air? Mungkin saja peristiwa dimana di luar Gedung parlemen rakyat berdemo tentang masa depan dan kesengsaraannya sedangkan di dalam Gedung, para anggota dewan sibuk bertepuk tangan merayakan ulang tahun pimpinan mereka dengan diiringi canda tawa dan potong kue.
Meskipun begitu, kepentingan pribadi memang menjadi perlu pula dalam dunia politik. Jika meminjam penjelasan Martin Suryajaya, kepentingan pribadi menghantarkan manusia pada kesadaran pribadi.
Kesadaran pribadi inilah yang perlu bagi seorang manusia, karena mereka akan mengenali diri dan apa yang akan diperbuatnya. Seorang politisi, yang masuk politik tanpa kepentingan pribadi tidak lebih dan tidak kurang adalah bentuk kemunafikan yang dibanggakan.
