Bahkan, setelah desa wisata ini semakin berkembang, penduduk sekitar membuat sanggar tari. Sanggar tari tersebut memberdayakan masayarakat di Kampung Tua Bakau Serip agar lebih mahir menari, khususnya tarian-tarian khas Melayu untuk ditampilkan secara berkala di desa wisata itu, salah satunya adalah Tari Persembahan.
Selain itu, mereka juga mulai menyediakan homestay. Sehingga, pengunjung yang dari luar daerah Batam dapat menginap dan menikmati Desa Wisata Kampung Tua Bakau Serip lebih lama. Bisa berbaur dan berinteraksi juga dengan penduduk sekitar yang merupakan salah satu penduduk awal Kota Batam. FYI, itu makanya kawasan tersebut dinamakan kampung tua.
Tidak hanya itu, beberapa waktu belakangan ini, pengelola Desa Wisata Kampung Tua Bakau Serip juga mulai menerima rombongan pelajar yang ingin mempelajari lebih jauh terkait mangrove.
Saat saya berkunjung, ada rombongan dari salah satu sekolah di Singapura yang sengaja berkunjung ke sana selama beberapa hari untuk mengenal lebih jauh tumbuhan hijau yang kaya manfaat tersebut. Terlebih, konon, mangrove-mangrove di Desa Wisata Kampung Tua Bakau Serip sudah berusia puluhan tahun.
Menambah Penghasilan Masyarakat
Berstatus sebagai desa wisata, memberi manfaat tersendiri bagi masyarakat sekitar. Kesejahteraan ekonomi masyarakat di Desa Wisata Kampung Tua Bakau Serip dapat terkatrol.
Masyarakat yang umumnya berprofesi sebagai nelayan, dapat menyewakan perahu-perahu mereka untuk digunakan pengunjung berkeliling hutan mangrove. Sementara, penduduk lain yang tidak memiliki perahu, dapat berpartisipasi menjual aneka makanan hingga suvenir.