Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Televisi Digital, Menonton Televisi Tanpa "Semut" dan Suara Kresek

20 Agustus 2021   17:19 Diperbarui: 21 Agustus 2021   21:56 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dan suara menjadi lebih jernih. | Dokumentasi Pribadi

Ayah, ini ada acara bagus, tapi gambarnya kendala!

Setiap Minggu pagi, anak sulung saya biasanya duduk di depan televisi yang kami tempatkan di ruang keluarga. Ia menonton acara-acara yang ditayangkan beberapa stasiun televisi. Ia biasanya memilih sendiri siaran yang ia sukai. Selama beberapa jam, remote control televisi ia kuasai.

Saat menemukan acara bagus di salah satu stasiun televisi swasta yang gambar dan suaranya tidak jernih, si sulung biasanya akan berteriak memberitahukan sang ayah. Tujuannya tentu saja agar suami saya itu membantunya mengupayakan gambar dan suara di stasiun televisi itu menjadi lebih jernih.

Meski kami tinggal di pusat Kota Batam, Kepulauan Riau, tidak semua siaran televisi dapat ditangkap dengan kualitas baik. Ada beberapa stasiun televisi yang gambar dan suaranya jernih, tetapi ada juga yang derau (noise). Suaranya kresek-kresek, gambarnya meletat-meletot, terkadang juga muncul bintik-bintik putih, "bersemut".

Biasanya agar gambar dan suara televisinya menjadi lebih jernih, suami saya akan naik ke atas atap rumah. Ia akan menggeser-geser antena agar siaran dari stasiun televisi yang ingin ditonton menjadi lebih maksimal. Bila siaran televisinya sudah lebih bagus, anak saya akan berteriak-teriak memberi tahu ayahnya.

Terkadang saya suka mengomeli si sulung. Saya bilang, mengapa harus menonton siaran dari stasiun televisi yang mengalami kendala? Mengapa tidak menonton siaran dari televisi yang memang sudah bagus? Jadi ayahnya tidak harus repot naik ke atas atap segala hanya demi mendapatkan siaran televisi yang jernih. Naik ke atas atap itu kan penuh risiko. Khawatir jatuh atau terpeleset.

Namun, saya lupa. Saat saya kecil pun seperti itu. Kalau sudah suka dengan acara yang ditawarkan salah satu stasiun televisi, kukuh harus menonton. Saya suka merengek ke ayah saya agar naik ke atas atap, menggeser-geserkan antena televisi agar siaran dari stasiun televisi yang ingin saya tonton dapat ditangkap lebih maksimal. Sebab, menonton televisi yang siarannya keresek-keresek itu mengganggu dan tidak nikmat.

Mulai Beralih ke Televisi Digital

Menikmati tontonan dari televisi analog memang riskan derau (noise). Hal tersebut dikarenakan, kualitas gambar dan suara ditentukan oleh jauh-dekatnya lokasi kita dengan stasiun pemancar televisi. Semakin jauh dari pemancar, sinyal akan semakin melemah. Alhasil, kualitas penerimaan gambar dan suara akan semakin berkurang.

Beruntung, zaman televisi analog akan segera berakhir. Saat ini Indonesia sudah mulai beralih ke televisi digital. Kota Batam bahkan sudah mulai menjajaki televisi digital sejak 2019 lalu. Saat ini, setidaknya sudah ada 21 siaran televisi digital di pulau yang berbatasan langsung dengan Singapura ini, termasuk Batam TV, salah satu televisi lokal di Kota Batam.

Dengan beralih ke televisi digital, siaran televisi nantinya akan lebih jernih. Kualitas gambar dan suara tidak lagi ditentukan oleh jauh dekatnya lokasi kita dengan pemancar stasiun televisi. Selama mendapat sinyal, kita akan bisa menikmati siaran televisi digital dengan kualitas baik.

Jadi, ke depan, tidak perlu lagi pasang parabola agar mendapat kualitas siaran televisi yang maksimal. Setelah beralih ke televisi digital, kita hanya perlu antena televisi biasa. Selama mendapat sinyal, meski jauh dari stasiun pemancar televisi, gambar tidak akan rumeuk, atau buram. Gambar akan jernih, suara tajam.

Berdasarkan informasi yang dilansir kompas.com, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bahkan akan melakukan Analog Switch Off (ASO) pada 2022. Siaran televisi analog akan dimatikan secara total secara bertahap, tahap pertama akan dilakukan paling lambat 30 April 2022 dan tahap akhir akan dilakukan selambat-lambatnya 2 Nopember 2022.

Apa Kelebihan Lain Televisi Digital?

Menurut Direktur Penyiaran Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kominfo Geryantika Kurnia yang dikutip kompas.com, sinyal televisi digital akan lebih baik dari televisi analog. Bila televisi analog hanya mampu menjangkau 68 persen wilayah layanan di Indonesia, televisi digital nantinya akan menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Selain itu, kualitas gambar dan suara akan lebih baik karena resolusinya lebih tinggi. Pilihan saluran televisi juga menjadi lebih banyak. Bahkan digadang-gadang memungkinkan untuk menyediakan layanan interaktif. Kita bisa langsung memberi rating suatu acara. Sehingga, kita bisa ikut memberi masukan kepada pihak televisi terkait sebuah acara.

Menariknya lagi, meski kualitas gambar dan suara sebaik tv kabel, televisi digital disediakan secara gratis. Tidak ada iuran bulanan karena bukan televisi berlangganan. Tidak pula memerlukan jaringan internet karena bukan televisi streaming. Televisi digital kita nikmati seperti kita menikmati televisi seperti biasa.

Tak hanya itu, melalui televisi digital, orang tua juga nantinya dapat memanfaatkan fitur Electronic Program Guide (EPG). Melalui fitur tersebut orang tua dapat mengontrol, menyeleksi, dan memilih tayangan apa saja yang akan ditonton oleh anak-anak ataupun anggota keluarga yang lain.

Tidak hanya itu, dengan televisi digital kita juga memungkinkan untuk melihat setiap sinopsis acara yang akan ditayangkan. Sehingga, bila acara tersebut sesuai untuk ditonton, bisa dilanjutkan untuk disimak dan dinikmati. Bila tidak, bisa beralih ke siaran dari televisi yang lain.

Bagaimana Agar Bisa Menikmati Televisi Digital?

Bila jaringan sudah tersedia, kita bisa menikmati televisi digital hanya dengan televisi  layar datar dan antena tv biasa. Hanya saja, televisi layar datarnya memang harus televisi khusus yang sudah memungkinkan untuk mendapat siaran televisi digital. Saat ini sudah cukup banyak televisi layar datar seperti itu.

Berdasarkan informasi yang dirilis kompas.com, untuk mencari tahu apakah televisi layar datar kita sudah bisa menerima siaran televisi digital atau belum, dapat dicek di bagian badan televisi. Bila ada stiker bertuliskan ATSC, DTV, Digital Ready, HD Ready, HDTV, Digital Tuner, Digital Tuner Built-In, Integrated Digital Tuner, atau Digital Receiver, berarti televisi kita sudah  bisa menerima siaran digital.

Lalu Bagaimana Bila Televisi Kita Belum Mendukung?

Meski kita hanya memiliki televisi tabung atau televisi layar datar yang belum mendukung siaran televisi digital, kita tetap bisa menikmati siaran televisi digital. Hanya saja, kita harus menambahkan alat khusus, yakni set top box (STB) DVBT2.

Alat ini nanti akan mengonversi sinyal digital menjadi gambar dan suara yang dapat ditampilkan di televisi analog biasa.

Beberapa toko alat elektronik di Batam, sudah ada yang menjual alat ini dengan harga yang bervariasi. Namun, bila kesulitan membeli secara langsung, bisa membeli STB DVBT2 secara daring melalui marketplace.

Harga STB DVBT2 cukup terjangkau bila dibandingkan dengan memasang parabola, berlangganan tv kabel, atau membeli televisi layar datar baru yang mendukung siaran televisi digital. Ada yang menjual mulai dari Rp150.000.

Jadi, sudah tak sabar kan untuk beralih ke televisi digital? Atau malah sudah beralih dan menikmati siaran televisi digital dengan kualitas gambar dan suara yang sangat baik? Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun