Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

4 Cara Sederhana Membantu Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

3 Agustus 2019   23:46 Diperbarui: 4 Agustus 2019   00:10 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari kontan.co.id

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia saat ini, dalam kondisi baik dan terjaga. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI),  Juda Agung, yang dirilis republika.co.id menegaskan bahwa daya tahan keuangan Indonesia masih terbilang tinggi. SSK Indonesia masih terjaga, walaupun kondisi perekonomian pada akhir 2018 sedikit melemah.

Meski demikian, kita tetap harus waspada. Jangan terlena hanya karena saat ini SSK Indonesia dalam keadaan baik. Tidak mau kan krisis keuangan yang sempat terjadi pada 1998 lalu kembali terulang? Harga-harga kebutuhan pokok melonjak tinggi, nilai tukar rupiah melemah, perusahaan banyak yang "gulung tikar".

Terlebih Indonesia merupakan negara berkembang. Mata uang Indonesia, rupiah, mudah terpengaruh oleh kondisi perekonomian internasional. Saat terjadi krisis ekonomi internasional, mata uang negara berkembang lebih rentan terkena dampak dari krisis tersebut. Apalagi modal yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah modal asing.

Sehingga, saat iklim bisnis di Indonesia sedang baik dan kepercayaan investor asing pada peluang bisnis di Indonesia tengah positif, maka investasi asing akan meningkat. Posisi rupiah akan menguat. Namun bila terjadi kebalikannya, posisi rupiah juga mengalami hal sebaliknya, melemah.

Bank Indonesia selaku garda terdepan penjaga stabilitas sistem keuangan, tentu sudah melakukan berbagai upaya untuk menjaga agar sistem keuangan tetap stabil. Namun upaya tersebut tidak akan berjalan secara optimal bila tidak didukung semua pihak, termasuk masyarakat. Kita, saya dan anda.

Mungkin sempat terpikir, saya kan bukan miliuner, hanya ibu rumah tangga, hanya pegawai biasa dengan gaji sepuluh koma, setelah tanggal 10 sudah koma hehe, mana bisa membantu menjaga stabilitas sistem keuangan? Eh, jangan salah. Sekecil apapun upaya yang kita lakukan untuk membantu menjaga stabilitas sistem keuangan, tetap akan terasa manfaatnya. Terlebih bila dilakukan secara berkesinambungan.

Apalagi bila dilakukan secara bersama. Satu keluarga, satu bangsa. Seperti lidi, saat hanya ada satu batang lidi tidak akan terlalu terasa manfaatnya. Kekuatannya juga rapuh, terkena benda keras sedikit langsung patah. Namun coba bila ada puluhan batang lidi, ratusan, yang diikat menjadi sapu, jangankan debu, kerikil yang lumayan tajam saja bisa tersapu bersih.

Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk membantu menjaga stabilitas sistem keuangan? Banyak. Beberapa mungkin sudah kita lakukan tanpa kita sadari bahwa kebiasaan tersebut merupakan salah satu cara untuk memperkuat daya tahan sistem keuangan terhadap berbagai gangguan ekonomi.

Membiasakan Menabung di Bank

Ini kebiasaan yang sudah saya lakukan sejak mulai bekerja beberapa belas tahun lalu. Tujuan utama saya menabung adalah untuk berjaga-jaga. Saat ada keperluan mendadak yang membutuhkan dana lumayan besar, keuangan saya tetap stabil. Misalkan sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Tok, tok, ya, amit-amit. Meski demikian dana tersebut harus disiapkan. Jangan sampai saat sakit kelimpungan mencari pinjaman. Apalagi dulu belum ada Kartu Indonesia Sehat seperti saat ini.

Sekarang kebiasaan menabung tetap dipertahankan, meski jumlahnya tidak besar. Apalagi saya merantau cukup jauh dari kampung halaman. Saya setidaknya menyimpan uang sebesar satu kali tiket pesawat untuk pergi dari kota tempat saya tinggal ke kota terdekat dari kampung halaman. Khawatir ada keperluan yang mengharuskan saya pulang kampung secara tiba-tiba tanpa persiapan yang lumayan panjang.

Selain itu, menabung juga saya lakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan uang yang nantinya untuk dibelikan suatu barang yang diinginkan atau dibutuhkan. Bila membeli langsung terkadang belum sanggup soalnya. Perlu beberapa bulan, bahkan tahun, untuk mengumpulkan uang agar dapat memiliki barang yang diinginkan/dibutuhkan tersebut.

Memiliki dua buah hati juga membuat saya dan suami lebih rajin menabung. Apalagi anak sulung sudah mulai sekolah. Khawatir tiba-tiba ada kebutuhan mendadak. Apalagi kebutuhan untuk anak, terutama untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan, terkadang tidak bisa ditawar. Merasa bersalah saja bila tiba-tiba harus dikorbankan hanya karena tidak ada uang.

Saya dan suami memilih untuk menabung di bank. Alasannya tentu saja karena lebih aman. Uang tidak khawatir hilang atau rusak. Kalaupun uang hilang karena kesalahan sistem bank, bisa kembali utuh. Saya pernah mengalaminya. Apalagi layanan perbankan sekarang sudah semakin lengkap dan mudah. Kita sudah seperti punya bank pribadi.

Apalagi dengan menyimpan uang di bank kita juga ternyata sudah membantu para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis. Hampir semua bank di Indonesia menyalurkan kredit untuk pelaku usaha. Tidak hanya pengusaha kelas "kakap", tetapi juga para pengusaha kecil dan menengah.

Itu berarti secara tidak langsung kita sudah membantu stabilitas sistem keuangan. Saat perekonomian tumbuh, sistem keuangan akan lebih terjaga. Apalagi dulu saat krisis keuangan 1998, UMKM lah yang menjadi salah satu penyelamat hingga Indonesia dapat keluar dari krisis.

Mampu Mengukur Kemampuan Finansial

Hidup itu terkadang kejam. Keinginan tak berbanding lurus dengan penghasilan. 

Alhasil terkadang kita mengambil jalan pintas untuk memiliki barang yang kita inginkan, yakni dengan cara kredit. 

Sah-sah saja sebenarnya bila kita membeli barang dengan cara mencicil. Apalagi bila memiliki penghasilan tetap yang dapat diandalkan. Hanya saja tetap harus terukur. Jangan sampai kita "lupa diri" mengkredit barang di luar kemampuan finansial.

Percaya deh, mengkredit barang di luar batas kemampuan keuangan akan membuat kita pusing tujuh keliling. Sistem keuangan pribadi kita tidak hanya terganggu, bahkan bisa terguncang. Efeknya tidak hanya ke keuangan, tetapi bisa merembet kemana-mana.

Ngerinya, kredit macet akibat terlalu tergiur memiliki banyak barang idaman tersebut juga dapat berdampak pada stabilitas sistem keuangan nasional. Bila banyak kredit macet akibat pola hidup yang konsumtif, stabilitas sistem keuangan bisa terganggu. Tidak mau kan menjadi salah satu orang yang menyebabkan krisis keuangan? Penyebab perekonomian negara menjadi sulit?

Membiasakan hidup sederhana akan lebih baik. Kalaupun harus melakukan peminjaman dana karena harus membeli sesuatu yang dibutuhkan, lakukan dengan bijak. Pinjam dengan jumlah yang sesuai kemampuan.

Tentukan prioritas. Jangan sampai karena membutuhkan rumah dan mobil, langsung mengkredit dua-duanya sekaligus, padahal penghasilan tidak memadai. Kredit satu-satu. Pilih satu dulu yang paling dibutuhkan. Setelah lunas, baru mengambil kredit yang satunya.

Menggunakan Produk dalam Negeri

Saya termasuk pecinta produk dalam negeri. Selain karena harga produk yang dibanderol lebih terjangkau, produk dalam negeri zaman sekarang juga tak kalah bagus dengan produk dari mancanegara. Apalagi produk lokal juga tak hanya sebatas pakaian, tetapi sudah merambah ke barang elektronik.

Kebetulan saya juga bukan penggila merek tertentu. Selama kualitas barang bagus, tampilan oke, saya pasti memilih produk dalam negeri yang umumnya ditawarkan dengan harga lebih terjangkau.

Terlebih dengan menggunakan produk dalam negeri, kita juga ternyata sudah membantu menjaga stabilitas sistem keuangan. Kita turut membantu mengembangkan usahawan lokal. Otomatis juga membantu perekonomian Indonesia lebih menggeliat.

Berwisata di dalam Negeri

Tinggal di Batam, Kepulauan Riau sedikit sulit menahan diri untuk tidak menjelajah ke negeri tetangga. Apalagi jarak Batam-Singapura, maupun Batam-Malaysia lebih dekat dan lebih murah dibanding Batam-Jakarta. Bahkan biaya juga akan lebih terjangkau dibanding berwisata ke kabupaten tetangga yang masih satu provinsi, Natuna misalnya.

Namun hal ini dapat disiasati dengan berwisata dalam kota. Terlebih Batam memiliki puluhan pulau yang tidak akan habis dikelilingi dalam waktu singkat. Belum lagi wisata-wisata lain yang kekinian. Wisata alam yang sangat instagramable yang mulai banyak dibangun di sekitar Sekupang dan Nongsa.

Dengan berwisata di dalam negeri kita juga sudah membantu menjaga stabilitas sistem keuangan. Kita dapat membantu menggerek perekonomian. Apalagi bila kawasan wisata itu dikembangkan oleh masyarakat sekitar.

Terlebih saat berwisata umumnya kita tak hanya asik berfoto, tetapi juga sibuk berwisata kuliner. Mencicip aneka makanan yang ditawarkan warga setempat yang umumnya unik dan khas, tetapi tetap lezat.

Ada banyak hal lain yang bisa kita lakukan untuk membantu menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Kalau teman-teman Kompasianer apa yang dilakukan untuk membantu menjaga stabilitas sistem keuangan? Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun