Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kopi Purnabakti Pak Laba

31 Desember 2020   22:56 Diperbarui: 31 Desember 2020   23:04 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi pribadi)

Jika kita pernah menonton film Pursuit Happynes, Chris Gardner yang diperankan Will Smith mengatakan bahwa mungkin kebahagiaan adalah sesuatu yang hanya bisa kita kejar, dan mungkin kita tak pernah mendapatkannya walau bagaimanapun.

Kebahagiaan benar benar menjadi tujuan hidup semua orang. Betapa banyak upaya untuk mencari kebahagiaan. Padahal semuanya tersedia dalam diri.

Baru-baru saya membaca buku The Choice karya Edith Eger, bahwa semua makna hakiki hidup akan datang dari diri sendiri. Each momen is a choice, kita memiliki kapasitas untuk membenci dan kapasitas untuk mencintai. Yang mana yang kita pilih, terserah kita, karena kita selalu dapat memilih bagaimana kita merespons.

Secara umum banyak elemen yang menggambarkan definisi kebahagiaan. Misalnya memiliki harta benda, kesehatan tubuh, sukses dalam karir, memiliki cinta kasih sayang, pemenuhan hobi, rasa syukur, solidaritas berbagi bersama, dan sebagainya. Bahkan menjadi penulis amatiran di blog juga termasuk variabel kebahagiaan dalam hidup. Saya merasakannya.

Sangat menyenangkan dapat menggali dan meraih kebahagiaan dari hal-hal kecil yang sederhana seperti hal tersebut. Saya meyakini, apapun dalam hidup ini dapat memberi kita pelajaran bernilai, memberikan makna ke dalam kehidupan.

Walaupun klise, cara paling sederhana adalah membahagiakan orang lain. Ketika membaginya dengan orang lain lain, kita merasa bahagia dengan begitu banyak keindahan dan diberkati dengan kelimpahan, keberkahan dan kesehatan yang baik.

****

Kekuatan pikiran positif tidak cukup, juga membutuhkan aksi positif.

Saya mengenal pak Sahabuddin dari istri saya, karena mereka berdua berkantor yang sama. Pak Laba- sapaan akrab Sahabuddin, kini berusia 60, ia pensiunan pramubakti dari Bank BRI sejak tahun 2018. Pramubakti adalah pegawai yang melayani kebutuhan para bankir.

Mempersiapkan dan menjalani pensiun tak selalu mudah, barangkali juga bagi pak Laba. Menurut pengakuannya ia tiba-tiba menjalani dunia yang berbeda dan sama sekali asing.

Pak Laba punya empat anak. Dua anak tertua sebenarnya sudah bekerja di perusahaan out sourcing, namun sejak pandemi Covid-19, pada April 2020 lalu terpaksa dirumahkan. Kehidupan semakin sulit, tentu bukan hanya keluarga pak Laba yang mengalaminya.

Sejak purnabakti, ia banyak menghabiskan waktu di Jeneponto, kampung halamanya yang berjarak sekitar 85 kilo meter dari kota Makassar. Di kampung ia berusaha untuk mencari apa saja yang bisa menjadi reseki, ia Bertani, berkebun, atau bersedia membersihkan rumah orang yang membutuhkan jasanya, yang memang bekerja sangat baik dalam urusan kebersihan selama di BRI.

Sampai pada satu hari saya bertemu dengan pak Laba, barangkali pertama sejak ia pensiun. Saya yang sejak 2018 membuka usaha warung kopi (warkop) di Makassar, menawari pak Laba untuk mengelola warkop tersebut.

Konsep profit warkop adalah bagi hasil antara saya sebagai investor dengan pihak yang mengelola warkop. Dari rentang dua tahun sejak berdiri, saya telah bekerja sama dengan dua orang, yang saya harus akui saya kecewa dengan kinerjanya.

Maka ketika menawari warkop dikelola Pak Laba, saya sudah tak memiliki ekpektasi tinggi terhadap profit. Yang terutama bagi saya adalah bagaimana membantu Pak Laba untuk bisa mendapatkan rezeki dari warkop ini. Karena saya yakin keuntungan warkop masih sepi setelah ditutup akibat pandemic, maka saya berkomitmen untuk memberikan seluruh keuntungan warkop selama dua bulan pertama pada Pak Laba. Rasanya tak ada rasa keberatan, saya cukup senang karena selain membantu warkop tersebut sejak dipegang pak Laba lebih bersih dan rapi.

Rupanya pak Laba mengurus warkop bersama Azwar, anaknya yang dirumahkan tersebut. Mereha berdua bergantian menjaga warkop.

Setiap setelah sembahyang subuh, ia mulai membuka warkop sembari membersihkan. Ternyata selama lima bulan mengelola warkop hasil kerja pak Laba cukup memuaskan dan saya sangat puas. Kebahagiaan saya semakin bermakna saat Azwar, anaknya juga sudah kembali dipanggil bekerja saat ia menunggu sementara bekerja di warkop.

Pak Laba membuka mata dan hati kita, memberikan satu pelajaran informal secara tak langsung, tentang makna kehidupan yang bersahaja. Bahwa setiap usaha mencari nafkah yang dilandasi keyakinan dan keikhlasan dalam bekerja, akan diberkahi.

Pada satu waktu mengobrol dengannya di warkop, ia menasihati saya "Kamu masih muda, harus bekerja keras, harus bekerja ikhlas dan bekerja jujur" katanya tulus dan dalam.

Pengalaman bersinergi dengan pak Laba adalah wujud bahagia dengan hal-hal kecil dan sederhana. Saya teringat kutipan bahwa kebahagiaan bukanlah dalam hal-hal menakjubkan yang kita bisa lakukan, tapi apakah kita melakukannya dengan rasa cinta kasih.

Salam hangat.

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun