Mohon tunggu...
kristyawan Juli
kristyawan Juli Mohon Tunggu... Insinyur - Civil Engineer

If you don't Fight for what you want, Don't cry for what you've lost

Selanjutnya

Tutup

Film

Tidak Ada Murid yang Bodoh, Hanya...

14 April 2021   21:05 Diperbarui: 14 April 2021   21:20 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Akhir pekan kemarin tidak ada kegiatan yang berarti di kost, semua tugas dan pekerjaan sudah terselesaikan di hari jumat kemarin. Gambar kerja dan analisa perhitungan struktur untuk pekerjaan perluasan Pabrik SH*RP (salah satu merk elektronik terkenal di Indonesia) sudah terkirim dan mudah mudahan-tidak ada revisi lagi. 

Lalu Sabtu ini juga lagi malas kemana-mana, disamping cuaca juga sedang hujan juga tidak ada agenda yang berarti, maka salah satu hobi favorit saya ada mengisi waktu adalah dengan menonton film, entah kenapa kali ini saya tertarik dengan sebuah film bolywood yang dibintangi oleh Rani Mukherjee berjudul "Hichki", judul yang unik namun karena saya akui saya salah satu penggemar artis Bolywood ini.

Jujur saja terakhir saya nonton film Bolywood adalah Filmnya Sah Rukh Khan dan Kajol berjudul " My Name is Khan" sebuah film yang menurut saya sarat dengan pesan moral yang sangat menginspirasi, itupun sudah sekitar 6 tahun yang lalu. Kembali ke filmnya Rani Mukherjee ini, sekilas saya tertarik dengan cover depan yang ada fotonya mbak Rani ini, entah kenapa orang ini kok tidak tampak tua dari dulu dan selalu enak dilihat saat memerankan karakter apapun. 

Film ini menceritakan seorang wanita (Rani Mukherjee)  yang mempunyai penyakit langka yaitu Sindrom Tourette, syndrom ini adalah gangguan pada syaraf yang menyebabkan penderita melakukan gerakan tiba-tiba dan tidak mampu mengontrolnya, dalam film ini digambarkan wanita tersebut mempunyai kelainan saraf yaitu sering  cegukan dengan suara yang keras dan semakin bertambah sering saat dirinya dalam suasana tertekan, stres, atau pun panik, dia mempunyai cita-cita menjadi seorang pengajar sekolah dan hasilnya sudah puluhan kali ditolak saat melamar di sekolah karena dirasa penyakitnya ini akan mengganggu proses belajar pihak sekolah formal. 

Akhirnya setelah tanpa menyerah berusaha, dia berhasil mendapat pekerjaan di salah satu sekolah favorit, namun ditempatkan di untuk mengajar di kelas buangan yang isinya murid-murid bandel, dan "tersisihkan "oleh kelas lainnya bahkan oleh guru-guru lainnya. 

Singkat cerita Ibu guru ini mulai mendapatkan " teror" dari muridnya, bahkan sempat dijadikan bahan taruhan oleh muridnya sejauh mana ibu guru ini betah mengajar kelas 'buangan' ini. Namun dengan kesabaran tingkat tinggi  dan pendekatan metode pengajaran yang lebih kreatif akhirnya murid-muridnya sedikit demi sedikit mampu merubah karakter dan kepribadian anak-anak ini tentang pentingnya belajar.

Satu hal yang menarik saya adalah tekad dan kemauan Ibu guru ini yang pantang menyerah untuk merubah stigma di lingkungan sekolahnya bahwa murid kelas yang diasuhnya memang 'kelas buangan' dan tidak pantas untuk sukses. 

Singkatnya dengan pendekatan secara personal dan metode belajar yang lain dari normal pengajaran pada umumnya sang Ibu guru berhasil merubah kelas ini, dari kelas'buangan' yang tidak pernah dipandang di sekolah ini menjadi kelas yang menjadi favorit dan bahkan menjadi kelas yang merebut  juara umum saat ujian akhir tahun. 

Berbagai masalah terkait personal murid-muridnya sampai dengan personal pribadi ibu guru ini yang memiliki hubungan kurang harmonis dengan ayahnya juga menjadi bumbu-bumbu cerita yang sangat terasa nuansa drama dan beberapa pesan moral yang disampaikan.

Terakhir pesan moral yang dapat saya resapi adalah setiap murid dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda tidak sepatutnya menjadi alasan untuk mendapat perlakuan pendidikan yang berbeda-beda bahkan setiap murid mempunyai bakat dan kelebihan yang berbeda tanpa memandang background keluarganya. 

Pada dasarnya tidak ada murid yang bodoh yang ada hanya sang guru buruk dalam memberi pengajaran, itulah secara garis besar inti dari film ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun