Hukum, Rasa Keadilan, dan Harapan yang Masih Bisa Diperbaiki
Kalau bicara soal hukum, banyak orang mulai kehilangan rasa percaya. Kasus demi kasus besar kerap berakhir dengan kejanggalan. Orang kecil tersandung hukum, cepat diadili dan divonis. Tapi kalau yang terlibat pejabat, pengusaha besar, atau orang berkuasa, prosesnya bisa mendadak lambat, berliku, bahkan hilang arah.
Rasa keadilan publik itu seperti kaca: sekali retak, susah diperbaiki. Pemerintah seharusnya sadar, kepercayaan rakyat bukan cuma soal ekonomi, tapi juga soal moral dan rasa adil. Karena tanpa rasa adil, pertumbuhan ekonomi sehebat apa pun akan terasa kosong. Apa gunanya GDP naik, kalau rakyat tetap merasa hidup di negeri yang tak berpihak?
Namun di tengah rasa kecewa itu, tentu masih ada harapan. Harapan agar pemerintah mau mendengar, bukan sekadar mendikte. Harapan agar kritik tak dianggap ancaman, tapi dijadikan bahan introspeksi. Harapan agar pemimpin benar-benar memihak rakyat, bukan hanya memoles citra di depan kamera.
Tahun pertama mungkin belum sempurna, tapi masih ada empat tahun lagi. Masih ada waktu untuk memperbaiki arah.Â
Pemerintah harus berani menurunkan ego dan benar-benar turun ke lapangan - melihat sendiri bagaimana rakyat berjuang di tengah harga yang naik, pekerjaan yang langka, dan keadilan yang terasa timpang.
Sektor yang paling perlu perhatian tentu adalah lapangan kerja dan penegakan hukum. Karena dua hal ini saling terkait. Tanpa pekerjaan, rakyat kehilangan harapan. Tanpa hukum yang adil, rakyat kehilangan kepercayaan. Dan tanpa harapan serta kepercayaan, pemerintahan apa pun akan kehilangan maknanya.
Rakyat sudah lelah dengan janji. Yang mereka butuhkan sekarang adalah bukti. Bukti bahwa negara ini masih punya empati. Bahwa pemimpinnya bukan sekadar pandai berbicara, tapi juga mau mendengar.
Setahun pemerintahan ini bisa jadi bahan refleksi, bukan sekadar perayaan. Karena pemerintahan yang baik bukan diukur dari berapa banyak proyek diresmikan, tapi seberapa besar perubahan nyata dirasakan oleh rakyat di bawah.
Kita tak butuh 17 juta janji, kita hanya butuh satu: kehadiran negara yang benar-benar berpihak kepada rakyatnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI