Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Gramedia, Ruang Kerja Papa, dan Pustaka Impian: Sebuah Perjalanan Cinta pada Buku

14 September 2025   11:33 Diperbarui: 14 September 2025   23:05 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar satu tahun setelah kejadian itu, aku pertama kali menginjakkan kaki di Gramedia. Awalnya, aku cuma iseng main-main. Rasa penasaran membawaku masuk. Begitu di dalam, dunia seakan berhenti.

Ribuan buku, dari berbagai genre dan penerbit, tertata rapi. Aroma khas toko buku menyeruak, membuatku betah berlama-lama. Apa yang awalnya hanya “cuci mata” berubah menjadi kebiasaan. Setiap kali ke kota, melipir ke Gramedia atau toko buku terdekat menjadi agenda wajib.

Aku ingat betul, ada satu momen di mana aku benar-benar kalap. Aku melihat sebuah buku, tertarik dengan covernya yang estetik, judulnya yang memikat, dan nama penulisnya yang familiar. Tanpa pikir panjang, tanpa melihat harganya, aku langsung angkut.

Dan ya, aku tidak hanya membeli satu buku. Dompetku menangis, tapi hatiku bahagia. Alhamdulillah, buku-buku yang kubeli kalap itu berguna. Walaupun ada beberapa yang baru selesai kubaca setelah sekian lama, intinya ilmu dari buku-buku itu tetap bisa kuambil.

Dari situ, inspirasiku meluas. Aku tidak hanya ingin menjadi penikmat buku, tapi juga ingin menjadi pemilik. Aku mulai punya impian besar: membuat perpustakaan pribadi. 

Aku membayangkan, suatu hari nanti, jika punya rumah sendiri, aku akan membuat ruang khusus yang dipenuhi rak-rak buku - sebuah mini pustaka. Tempat di mana aku bisa menghabiskan waktu, membaca, menulis, atau sekadar merenung. Ruang yang akan menjadi oasis pribadiku.

Sekarang, aku masih dalam proses mengumpulkan buku. Alhamdulillah, tiap bulan selalu ada buku baru yang bisa kubeli, hasil dari menyisihkan uang. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat tumpukan buku di kamarku semakin tinggi.

Tapi, kebahagiaan itu tidak hanya untuk diriku sendiri. Aku sering berbagi buku-buku yang sudah kubaca ke perpustakaan sekolah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM), atau ke teman-teman literasi online. Bagiku, ilmu harus dibagikan agar manfaatnya terus mengalir. Buku-buku itu tidak boleh berhenti di satu tangan.

Pengalaman ini mengajarkanku banyak hal. Bahwa cinta pada buku tidak datang secara instan, tapi tumbuh dari perjumpaan-perjumpaan kecil yang berkesan. Berawal dari kagum pada koleksi buku Papa yang sudah jadi pustaka impian bagiku, kemudian diperkuat oleh rasa penasaran di Gramedia, hingga akhirnya memicu mimpi besar untuk memiliki perpustakaan pribadi.

Jadi, kalau ditanya mana toko buku favoritku? Jawabannya bukan hanya satu tempat. Toko buku favoritku adalah ruang kerja Papa, di mana cinta pada buku bersemi. Gramedia, tempat di mana aku belajar menghargai buku dan tidak lagi membeli bajakan. Dan yang terpenting, Pustaka Impian yang sedang kubangun di kamarku - yang suatu hari nanti akan menjadi perpustakaan pribadiku.

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi pecinta buku lain. Bahwa perjalanan mencintai buku bisa dimulai dari mana saja, dari hal-hal yang tak terduga. Dan yang paling penting, cintailah buku-buku yang original, hargailah para penulisnya, dan jangan pernah berhenti membaca. Karena dari membaca, kita tidak hanya menemukan cerita, tetapi juga diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun