Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Fasilitas Perkeretaapian, Menjaga Nadi Kehidupan Rakyat

8 September 2025   15:01 Diperbarui: 8 September 2025   15:01 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api Cikurai saat hendak berangkat dari Stasiun Cibatu menuju Stasiun akhir Pasar Senen, Jakarta. (Sumber: ahmad_kosasih94_real/ig).

Beberapa hari terakhir, berbagai kota di Indonesia diguncang oleh demonstrasi yang berujung ricuh. Kita semua tentu sepakat bahwa menyuarakan pendapat adalah hak warga negara, tetapi ketika suara itu berubah menjadi tindakan anarkis, kerugian besar justru menimpa rakyat kecil. Kita bisa melihat sendiri bagaimana halte Transjakarta, fasilitas MRT, bahkan sejumlah sarana publik lainnya dirusak.

Sungguh ironis, sebab fasilitas itu bukanlah milik segelintir orang, melainkan milik bersama. Tempat di mana masyarakat menaruh harapan untuk bisa berangkat kerja, menjemput rezeki, dan pulang ke rumah dengan selamat.

Bayangkan jika esok pagi, seseorang yang menggantungkan hidupnya pada transportasi umum harus kebingungan karena sarana itu sudah porak-poranda akibat ulah segelintir perusuh.

Untungnya, kereta api dan commuter line, dua transportasi andalan jutaan warga masih bisa terjaga dari kerusakan. Namun, apakah kita bisa merasa tenang begitu saja? Tentu tidak. Justru di sinilah kewaspadaan kita diuji: bagaimana menjaga agar transportasi massal yang vital ini tidak menjadi korban berikutnya.

Peran Vital Kereta Api dan Commuter Line

Kereta api bukan sekadar moda transportasi. Ia adalah nadi kehidupan bagi masyarakat, terutama yang tinggal di kawasan penyangga kota besar. Data terbaru dari KAI Commuter menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga Mei 2025 saja, jumlah pengguna Commuter Line di wilayah Jabodetabek mencapai 179,1 juta orang, meningkat hampir 35 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sekitar 132,7 juta orang.

Sementara itu, sepanjang semester I tahun 2025, total volume pengguna mencapai 166,4 juta orang, naik sekitar 6,13 persen dibanding semester I–2024. Realisasi penuh sepanjang tahun 2024 sendiri menyentuh angka 374,48 juta penumpang, dengan proyeksi mencapai 383,78 juta penumpang pada 2025.

Kereta api dan commuter line punya beberapa keunggulan. Harga yang terjangkau membuat masyarakat kecil dapat mengakses transportasi murah. Kapasitasnya yang besar mampu mengangkut ribuan penumpang sekaligus dalam satu rangkaian. Jalurnya eksklusif sehingga relatif lebih tepat waktu dibanding moda lain.

Selain itu, ia lebih ramah lingkungan karena membantu mengurangi kemacetan dan polusi di jalan raya.

Bayangkan jika sarana ini rusak karena aksi vandalisme atau perusakan massal. Dampaknya bukan hanya kerugian materi, tetapi juga sosial. Pekerja terlambat masuk kerja, pedagang kehilangan kesempatan berdagang, bahkan perekonomian kota bisa terguncang.

Belajar dari Peristiwa Perusakan Fasilitas Publik

Kerusuhan yang melanda beberapa waktu lalu seharusnya menjadi cermin. Bahwa tindakan destruktif tidak pernah menyelesaikan masalah, justru memperburuk keadaan. Fasilitas publik adalah wajah peradaban: bagaimana kita memperlakukan sarana itu, begitulah kualitas bangsa kita terlihat.

Di negara-negara maju, transportasi publik adalah simbol keteraturan dan disiplin. Jepang, misalnya, menjadikan kereta api bukan hanya sarana mobilitas, tetapi juga bagian dari budaya ketepatan waktu dan kebersihan. Kereta tidak dirusak meski ada demonstrasi besar, karena masyarakat paham: merusak fasilitas publik sama dengan merusak diri mereka sendiri.

Indonesia pun seharusnya bisa begitu. Kita tidak kekurangan contoh, hanya perlu kesadaran kolektif.

Menjaga Bersama, Menjaga Harapan

Untuk melindungi fasilitas perkeretaapian dari potensi gangguan, ada beberapa hal penting yang perlu kita lakukan bersama. Kesadaran kolektif menjadi kunci utama. Jangan pernah merasa bahwa kereta hanya milik pemerintah atau perusahaan penyedia jasa.

Kereta adalah milik kita semua. Maka, menjaga, merawat, dan menggunakannya dengan baik adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai warga.

Peningkatan keamanan memang perlu dilakukan oleh pihak penyelenggara bersama aparat. Namun, sekuat apa pun pengawasan, semua akan sia-sia jika masyarakat tidak merasa memiliki.

Karena itu, edukasi publik perlu digencarkan. Masyarakat harus terus diingatkan bahwa merusak fasilitas publik sama saja dengan merusak kesempatan hidup mereka sendiri.

Komunitas pengguna kereta; mulai dari pekerja, mahasiswa, hingga pedagang kecil sebenarnya bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga ketertiban. Kehadiran mereka di lapangan menjadi mata dan telinga untuk mengantisipasi tindakan yang merugikan. Dengan partisipasi aktif, pengawasan menjadi lebih menyeluruh.

Mari kita renungkan sejenak: setiap kursi di dalam kereta adalah tempat duduk seorang ayah yang berangkat kerja, seorang ibu yang mencari nafkah, atau seorang anak yang menuntut ilmu. Setiap stasiun adalah titik temu harapan, tempat di mana jutaan orang bertemu dengan rezekinya.

Jika fasilitas itu rusak, yang paling dirugikan bukanlah pemerintah, melainkan masyarakat kecil yang menggantungkan hidup pada layanan ini.

Demonstrasi boleh saja terjadi, karena itu bagian dari demokrasi. Namun, jangan sampai aspirasi berubah menjadi perusakan. Fasilitas publik, termasuk kereta api dan commuter line, adalah jantung mobilitas rakyat kecil. Menjaga mereka tetap berfungsi berarti menjaga kehidupan jutaan orang.

Kita mungkin tidak bisa menghentikan perusuh seorang diri, tetapi kita bisa mulai dengan hal kecil: merawat, menghargai, dan mengingatkan orang sekitar bahwa fasilitas publik adalah milik bersama. Dengan begitu, kita tidak hanya menjaga kereta, tetapi juga menjaga martabat bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun