Di zaman sekarang, siapa sih yang nggak main media sosial? Hampir semua orang punya akun — entah itu untuk berbagi cerita, foto, video, atau bahkan berdakwah. Tapi tanpa kita sadari, ada satu hal penting yang sering luput dari perhatian: niat. Iya, niat.
Sebuah kata sederhana, tapi punya pengaruh besar dalam hidup kita, terutama kalau kita ingin aktivitas kita — termasuk yang di media sosial — nggak cuma jadi ajang pamer, tapi benar-benar bernilai ibadah.
Beberapa waktu lalu, aku mendengarkan sebuah kajian yang membahas soal ini. Kajian tersebut disampaikan oleh Ustadz Ali Nurdin, MA, Dewan Pakar Pusat Study Al-Qur'an (PSQ). Dengan bahasa yang ringan dan sederhana, tapi ngena banget. Tentang bagaimana niat dan keikhlasan itu seharusnya jadi pondasi dalam setiap hal yang kita lakukan, bahkan hal yang kelihatannya sepele kayak bikin postingan di Instagram atau ngetwit soal kebaikan.
Di dunia media sosial, godaan itu besar banget. Jujur aja, siapa sih yang nggak senang kalau postingannya dapat banyak like (suka), komentar, atau dibagikan ribuan kali? Kadang-kadang, hal itu bisa bikin kita jadi lupa: sebenarnya kita ngelakuin ini buat siapa, sih?
Lebih lanjut, Pimpinan CariUstadz.id sekaligus Dosen tetap Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ ) Jakarta ini menjelaskan bahwa tujuan utama kita sebagai seorang Muslim adalah mencari ridha Allah, bukan sekadar pujian dari manusia. Nah, di sinilah pentingnya niat yang lurus dan keikhlasan. Tanpa itu, aktivitas kita — sehebat apa pun — bisa kehilangan maknanya.
Tapi keikhlasan itu bukan sesuatu yang jatuh dari langit. Bukan juga bawaan lahir. Kita harus latih dan jaga. Dan jujur aja, itu nggak mudah.
Kadang kita merasa sudah ikhlas, eh... tiba-tiba ada yang komen jelek dan kita langsung tersinggung. Atau kalau postingan kita nggak ada yang like, kita jadi sedih dan ngerasa sia-sia. Sama halnya dengan membuat konten di Kompasiana, kadang ketika tulisan kita tidak mendapatkan label pilihan atau headline, kita jadi ngedumel (ngambek). Apalagi kalau pembacanya hanya segitu-gitu aja. Padahal, kalau kita benar-benar niat karena Allah, seharusnya semua itu nggak terlalu mengganggu.
Yang paling menarik, Khadim Ma'had Pesantren Nurul Qur'an ini juga menyinggung soal rasa takut yang sering muncul: takut nggak ikhlas. Mungkin kita pernah mikir kayak gini: "Aduh, nanti kalau saya posting ini tapi niat nggak ikhlas gimana ya? Mending nggak usah deh."Â Nah, di sinilah letak masalahnya.
Takut nggak ikhlas itu bagus, tandanya hati kita masih waspada. Tapi kalau rasa takut itu sampai bikin kita berhenti berbuat baik, itu justru salah besar. Karena pada akhirnya, diam karena takut nggak ikhlas bisa bikin kita kehilangan kesempatan untuk menyebar kebaikan.
Alih-alih berhenti, kita harus tetap bergerak. Tetap posting, tetap berdakwah, tetap menyebarkan kebaikan, sambil terus meluruskan niat dan menjaga hati. Jangan menunggu jadi orang paling ikhlas dulu baru mau mulai. Karena keikhlasan itu dibentuk di tengah jalan, bukan di titik awal permulaan (start).