Pertanyaan ini penting. Karena banyak dari kita - entah karena tekanan sosial, atau obsesi akan hubungan - merasa PDKT yang tidak berujung jadian itu sia-sia.
Padahal, tidak semua relasi harus berakhir dalam status. Ada relasi yang hanya hadir untuk mengajarkan kita batas. Ada pertemuan yang hanya datang untuk menunjukkan bagaimana memperlakukan orang lain, dan bagaimana kita ingin diperlakukan.
Di sinilah nilai budaya kita diuji. Kita diajarkan untuk menjunjung tinggi sopan santun, tapi ironisnya, saat PDKT, banyak yang malah memutuskan kontak begitu saja tanpa penjelasan - alias ghosting. Ini bukan soal etika digital, tapi soal kemanusiaan. Sebab, rasa hormat tak hanya ditunjukkan saat awal mendekat, tapi juga saat kita memutuskan untuk pergi.
PDKT, Tapi Mau ke Mana?
Ini pertanyaan yang paling jarang ditanyakan, padahal paling penting. Banyak orang merasa nyaman saat didekati, tapi tak tahu arahnya. Apakah sekadar teman ngobrol? Atau penjajakan serius?
Ketidakjelasan inilah yang sering membuat seseorang merasa dijadikan "parkiran hati sementara". Dan lebih menyedihkan lagi, kadang yang memarkir tahu bahwa ia tidak akan menetap - tapi tetap bertahan demi kenyamanan sesaat.
Maka, hal paling jujur dalam PDKT adalah bertanya (dan menjawab): Sebenarnya kamu sedang mencari apa? Teman? Pacar? Pendengar? Atau hanya pelarian? Kejelasan seperti ini bukan hanya adil untuk orang lain, tapi juga menyelamatkan diri kita dari hubungan yang menggantung dan menyiksa.
PDKT Bukan Sekadar Proses, Tapi Juga Cermin
Pada akhirnya, PDKT adalah ruang cermin. Ia memperlihatkan siapa kita, bagaimana kita memperlakukan orang lain, dan bagaimana kita menghadapi ketidakpastian.
Jika kita bisa mendekati orang dengan niat yang bersih, komunikasi yang jelas, dan sikap yang dewasa - maka kita bukan hanya sedang mencari pasangan, tapi juga sedang bertumbuh menjadi manusia yang lebih utuh.
Dan buatmu yang pernah merasa disia-siakan di fase PDKT, tenang saja. Kadang, patah hati paling dini justru adalah perlindungan paling awal dari Tuhan, agar kamu tidak salah tempat menaruh cinta.