Salah satu kutipan paling berkesan dalam buku ini adalah:
“Kebebasan adalah kebebasan untuk mengatakan bahwa dua tambah dua sama dengan empat. Jika fakta itu kuat, semua akan menyakitinya.”
- halaman 97.
Kutipan ini menyiratkan bahwa dalam dunia 1984, bahkan kebenaran paling mendasar bisa dipelintir. Jika negara mengklaim bahwa dua tambah dua sama dengan lima, maka semua orang harus menerima itu atau hilang dari sejarah.
Meski ditulis lebih dari 70 tahun lalu, 1984 terasa sangat aktual. Dunia modern kini mengenal pengawasan digital, manipulasi media, dan algoritma yang menyaring informasi sesuai kepentingan kekuasaan tertentu. Orwell seolah telah menulis masa depan dalam bentuk satire gelap yang menyeramkan. 1984 mengingatkan kita bahwa kebebasan tidak selalu hilang dengan letupan, tapi bisa memudar perlahan saat kita berhenti bertanya dan hanya menerima.
1984 adalah novel yang menguras emosi dan menguji ketahanan mental pembacanya. Ia bukan bacaan ringan, tapi sebuah karya monumental yang penting untuk direnungkan. Bukan sekadar fiksi, ini adalah peringatan. George Orwell mengajak kita menyadari bahwa tanpa kebebasan berpikir, kita bukanlah manusia seutuhnya.
Sebuah novel yang getir, gelap, dan menggugah. 1984 layak dibaca siapa saja yang ingin tahu apa yang bisa terjadi ketika kekuasaan tak lagi punya batas, dan rakyat kehilangan suaranya.
Rating dari aku, 5/5. Layak dibaca? Pasti. Tapi pastikan hati dan pikiranmu siap. Jika kamu menyukai bacaan yang menantang dan membuka mata, 1984 bukan hanya sekadar novel - ia adalah cermin tajam dunia yang mungkin sedang kita tuju.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI