Mohon tunggu...
Laily NurAzizah
Laily NurAzizah Mohon Tunggu... Petani - Si perempuan Sulung yang ingin membuktikan takdirnya

Agribussiness, University of Jember

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nahkoda Bercerita

4 Februari 2024   20:08 Diperbarui: 4 Februari 2024   20:54 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mundur satu langkah, katanya pengkhianatan

Lalu bagaimana dengan semua awak kapal yang telah mundur ?

Apa masih bisa kapal tetap berlayar ?

Bergaya visioner ingin menyeberangi lautan

Dan membawa semua awak kapal dan penumpang

Menuju daratan kejayaan dan berharap pasukan perang bertambah 

Bagaimana bisa kapal itu berlayar  normal

dengan garansi sampai ke daratan

Jika nahkodanya masih belajar navigasi

Nahkoda yang dilatih formalitas tanpa benar-benar memiliki lencana resmi

Nahkoda itu hanyalah ketua kelompok yang dilantik dan dipaksa membawa kapal

Nahkoda itu dulunya ingin menjadi pilot untuk helikopternya sendiri

Namun, ia harus berganti jalur dan haluan 

Yang ia tau, jalur itu penuh deburan ombak dengan sedikit tali pegangan

Yang tak jarang, deburan ombak terlalu kencang

Hingga kesunyian dan realitas lautan yang jauh dari harapan penumpang

Kini penumpang dan awak kapal perlahan menjauh hingga berganti kapal

Merek mungkin tak tahu

Betapa kerasnya nahkoda berjuang tanpa perbekalan 

Setidaknya nahkoda tetap berjuang agar kapal tetap bisa berlayar

Daripada pergi meninggalkann kapal yang belum tentu akan karam

Yang jelas Nahkoda bukan pengecut

Hanya saja terlalu bodoh seperti apa yang dipikiran penumpang

Nahkoda juga ingin memberikan fasilitas kapal terbaik

Ingin memberikan ruang nyaman bagi penumpang

Tak peduli menjadi fakir atau miskin dirinya berkorban

Apalah daya , kapal sebesar itu tanpa dukungan seluruh awak kapal 

Telah banyak awak kapal yang hilang , bukan pecundang

Hanya lupa diri akan tugas yang diemban

Kini hanya rela dan ikhlas yang tersisa

Sebab amarah tiadalah berguna

Cuitan dan ocehan itu akan tetap ada

Mereka hanya pecundang pintar tapi tak mau mengerti

Yang diyakini nahkoda, Ia harus tetap membantu kapal terus berlayar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun