Mohon tunggu...
Coach Pramudianto
Coach Pramudianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Human Idea Practitioner

Mentransformasi cara berpikir untuk menemukan kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Domba atau Gembala yang Tersesat?

7 November 2021   07:32 Diperbarui: 7 November 2021   08:08 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber internet yang telah dimodifikasi

Kepekaan seorang pendeta sangat penting dalam menghadapi situasi VUCA, tercermin dalam tindakan yang menimbulkan butterfly effect yaitu gagasan mengenai perubahan kecil yang menimbulkan konsekuensi besar atau perubahan dan tindakan kecil dapat mengarah pada hasil yang tidak disangka. 

Pelayanan yang sifatnya rutinitas tidak akan membawa getaran (vibrant) atau dampak yang signifikan dalam bentuk perilaku umat (ukuran). 

Kehadiran pendeta bukan ditunjukkan dalam kunjungan rumah sakit, khotbah mingguan, pernikahan, ulang tahun (sapaan pesan singkat) karena hal itu bentuk kehadiran sesama pada umumnya (bukan tanggung jawab hakiki), kehadiran pendeta mengisi kekosongan atau kesenjangan tersebut sehingga umat yang mengalami keterasingan, ketidakamanan dalam dirinya merasa disapa (ubiquitos). 

Dampak kehadiran yang dirasakan umat merupakan sebuah tindakan strategis sehingga mampu meningkatkan peran umat dalam misi Kristus di lingkungannya (Collaborative). Pergerakan kesadaran umat dalam merespon panggilan dan memenuhi kebutuhan dunia membuat dinamika pelayanan menjadi hidup (Agile) Roma 12:1-2.

Peran Diri dalam Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Ada ungkapan: "jika Anda ingin lulus sarjana dan segera menjadi pemimpin, sekolahlah di teologia". Ungkapan ini boleh dikatakan benar, karena langsung menjadi pemimpin umat tanpa melalui proses yang panjang seperti di industri lainnya. 

Kemampuan pendeta sebagai pemimpin mempunyai peran mengintegrasikan pengelolaan sumber daya manusia dan pemasaran, maka menjadi nilai lebih dalam mewujudkan kinerjanya. 

Proses "menanam" berawal dengan mengundang orang untuk bergabung dalam misi Kristus di dunia dengan cara "pergi" mewartakan (calling, promotion) tentang produk Kristus yaitu "Keselamatan", dengan "harga" yang telah dibayar lunas. 

Pergi di sini bukan antar jemput anaknya yang sekolah, bukan antar jemput pasangan ke pasar atau kerja setiap harinya, atau pergi ke rumah sakit untuk kunjungan, namun pergi dengan tujuan yang telah ditetapkan yaitu kepada orang yang belum mengenal Kristus dan umat yang sedang tersesat {merasa hidupnya tidak aman, ditolak oleh gereja (jemaat/majelis), konflik di komisi, majelis yang tidak menjadi teladan, persoalan keluarga, pekerjaan dll}.

Menjadi murid Tuhan sangat berbeda dengan menjadi kristen, orang kristen belum tentu menjalani sebagai murid Kristus, fokus kita pada orangnya bukan pada apa yang dikerjakan, dalam transformational coaching dikenal fokus pada being bukan doing, supaya muncul kesadaran baru (deeper truth). Kesadaran baru itu berdampak pada tujuan baru, dorongan, peluang dan pada keputusan dibaptis (choice). 

Proses baptisan adalah proses menjadi keluarga besar Tuhan, maka diperlukan on boarding dan recognize yaitu sambutlah dia, kenalkan keluarga besar Tuhan seperti apa dan bagaimana kita mengenali keluarga yang baru supaya cepat beradaptasi. Inilah proses menanam, siapkan lahan, bibit dan tanam pada tanah yang baik (Mark 4:14-20).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun