Mohon tunggu...
Coach Pramudianto
Coach Pramudianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Human Idea Practitioner

Mentransformasi cara berpikir untuk menemukan kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Domba atau Gembala yang Tersesat?

7 November 2021   07:32 Diperbarui: 7 November 2021   08:08 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber internet yang telah dimodifikasi

Ketika orang itu sudah berada dalam keluarga Tuhan, ajarlah supaya dirinya atau orang lain melihat perubahan hidupnya (process, physical evidence), dalam proses pembelajaran ini fokus pada manusianya supaya merasa sejahtera dan terikat dalam sebuah keluarga yang saling mendukung dan peduli. Gaya hidup inilah akan mengikis toxic dalam persekutuan. 

Mengajar umat untuk menemukan misi dan menjalankannya menjadi peran penting pendeta (performance management), sia-sia jika dia tidak bertumbuh maka akan ditebang (Matius 7:19). Pertumbuhan umat akan membawa transformasi diri (growth mindset) dan menjadi agen perubahan, maka terjadilah transisi kehidupan ke arah yang selalu diperbaharui.

Realitas dan Harapan

Proses di atas menjadi tanggung jawab seorang pendeta dengan cara memberdayakan orang-orang sekitarnya, sehingga terjadi dinamika kehidupan persekutuan yang benar.  Hidup dalam zona nyaman (rapuh) karena tidak memahami sedang terjadi VUCA. Ejekan yang dilontarkan banyak orang pada pengelola sumber daya manusia: "apa yang Anda kerjakan saat VUCA: berjalan seperti biasanya, berputar-putar seperti anak ayam dan tidur pulas". Itulah situasi rapuh "Fragility". 

Bagaimana menjadi "Antifragility"? hancurkan pengetahuan Anda yang lama melalui proses "Unlearn, Learn dan Relearn" dengan memaknai hal lama menjadi baru, misalnya: pengembalaan kepada yang tersesat dengan menuntun kepada kesadaran diri terdalam (transformative coaching), melakukan pemahaman alkitab, sampai pada langkah tindakan peserta yang bisa diukur (bible study coaching), mendampingi jemaat agar bertumbuh secara mandiri dan menyembuhkan diri sendiri (self coaching). 

Semua pelayanan Anda bisa terukur melalui perubahan perilaku, sehingga pendeta tidak perlu takut dengan sistem performance appraisal, pelayanan Anda bisa dipertanggungjawabkan kepada umat dan Tuhan secara kuantitas dan kualitas, pertanggunganjawaban Anda bukan nanti di Surga, tetapi sekarang! Kecuali Anda hanya ingin menjadi karyawan gereja (majelis).

Dalam bahasa coaching "jika coach memikirkan pertanyaan berikutnya yang akan ia ajukan ke coachee, maka coach "tersesat" di dalam pikirannya sendiri", jika pendeta melakukan pelayanan tanpa memperbaharui diri dan jemaat tidak bertumbuh, siapa sebenarnya yang "tersesat"?

Selamat hari Pendeta Se Dunia, Tuhan memberkati pelayanan Anda.

Dr. Pramudianto

Inspiring Coach, Founder & CVO Human Idea

Author: Jesus as a Coach & Teacher as a Coach

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun