Mohon tunggu...
Clement WilkinsonCharlie
Clement WilkinsonCharlie Mohon Tunggu... Seorang siswa

Berusaha menjadi lebih baik dari hari ini. Menerima kritik dan saran.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pekerjaan Animator Terancam Oleh Keberadaan AI

23 Mei 2025   23:24 Diperbarui: 24 Mei 2025   16:17 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

        “Apa pekerjaanmu bila dewasa nanti? Kuliahmu sekarang DKV, sedangkan AI bisa membuat desain iklan dalam hitungan menit lalu mempromosikannya.” Pertanyaan tersebut  sering kali dilontarkan pada mahasiswa jurusan DKV. Pertanyaan ini dilayangkan seusai meledaknya penggunaan AI generatif, salah satunya adalah canva AI design

         Pertanyaan tersebut mulai memasuki alam bawah sadar manusia. Kekhawatiran ini membuat manusia mengalami disrupsi teknologi. Dengan adanya disrupsi teknologi tersebut, semua usaha dan kerja keras yang kita lakukan akan tergantikan oleh AI. Desainer, editor, dan animator merupakan tiga pekerjaan yang membutuhkan kreativitas serta kerja keras dalam mengumpulkan ide dan membuat desain. Namun, mesin otomatis ini dapat dengan mudah membuat gambar, memotong klip serta menjalankan animasi. Hal ini menimbulkan punahnya profesi sebagai desainer, editor, dan animator.

         Ketakutan terhadap AI makin meningkat karena maraknya tren membuat gambar Ghibli dari AI. Padahal, Ghibli merupakan animasi buatan tangan yang dipadukan desain rumit, palet warna lembut, dan gerakan yang lancar untuk menciptakan dunia yang imersif seperti mimpi (Times of India, 2025). 

         Animasi Ghibli memiliki ciri khasnya sendiri,  yaitu visualisasi yang memukau,  imajinasi yang kaya serta penggambaran tokoh perempuan yang kuat. Ciri khas ini membuat animasi Ghibli sangat diminati oleh banyak penggemar anime karena pembuatannya menggunakan tangan, tidak seperti One Piece yang menggunakan alat perangkat lunak, Retas Studio. Salah satu film Ghibli yang terkenal adalah “My Neighbor Totoro”, menjadikannya simbol keunikan dari film Ghibli

         Tren tersebut telah menarik perhatian pendiri Ghibli dan dia mengecam bahwa AI melakukan pelanggaran hak cipta. Di Indonesia, sanksi pelanggaran hak cipta terdapat dalam UU Nomor 28 Tahun 2014 yang menggantikan UU Nomor 19 Tahun 2002. Pelanggar dapat dipidana dengan maksimal tiga tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp 500 juta (Kompas, 2025).

         Hayao Miyazaki selaku pendiri Ghibli mengatakan bahwa “You can make horrible things if you want, but I want nothing to do with it” dalam sebuah dokumenter, Never Ending Man: Hayao Miyazaki - Documentary. Nilai kegigihan, tekad, ketekunan, kreatifitas, kejujuran, ketelitian, dan kerapihan semua tercermin dalam  film “My Neighbor Totoro”. Namun, semua itu mulai perlahan-lahan menghilang karena AI yang mengubah manusia menjadi malas untuk berpikir kreatif, menjadi tidak sabar, dan lambat. Informasi yang diberikan AI sering kali diterima mentah-mentah karena ketergantungan yang tinggi terhadap AI atau berada pada posisi dikejar tenggat.

         AI atau Artificial Intelligence adalah sebuah sistem atau mesin yang melakukan percakapan layaknya manusia serta dapat memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang kita berikan. Sering kali AI dapat memberikan jawaban sesuai dengan perintah dan ekspektasi penggunaanya sehingga  tidak heran jika penggunaan AI semakin merajalela.

        Kebanyakan orang akan menyukai hal yang berbau instan sehingga pekerjaan dengan durasi lama akan dipercepat. AI menjadi alat yang diandalkan manusia untuk mempercepat durasi pekerjaan. Pada akhirnya, bantuan tersebut berefek negatif kepada kita, pemikiran kritis kita perlahan mulai menghilang karena kegiatan kita dibantu oleh alat. Pada saat kemampuan berpikir tidak bekerja, kepercayaan dan ketergantungan terhadap AI menjadi sangat besar. 

         Menjadi suatu fakta jika AI diciptakan untuk membantu manusia dalam menyelesaikan tugas sekolah dan pekerjaan. Namun, semakin besar ketergantungan terhadap AI membuat manusia tidak bisa berpikir kritis terhadap hasil yang diberikan oleh mesin tersebut serta informasi yang diterima belum tentu benar (Microsoft dan Carnegie Mellon University, 2025). 

         Kita hidup di era digital, bukan hal yang mengejutkan jika kita selalu berhubungan dengan teknologi. AI hadir sebagai alat bukan pengganti manusia. Jika tidak bisa mengendalikan mesin otomatis tersebut maka manusia tidak hanya kehilangan kemampuan berpikir kritis dan pekerjaan, tetapi kehilangan kemanusiaannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun