Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mental Tuan Besar

20 Agustus 2015   12:09 Diperbarui: 20 Agustus 2015   12:09 43002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh lain lagi adalah belanja di supermarket. Plastik belanjaan memang bisa jadi bagian dari layanan supermarket untuk pelanggan, namun saya juga banyak menemukan pelanggan yang meminta sekian banyak plastik untuk belanjaan yang (ini subjektif sih ya) menurut saya, bisa disatukan dalam satu plastik. Sementara saya berbahagia dengan membawa tas kain sendiri, ibu-ibu di depan saya meminta satu plastik khusus untuk kosmetiknya, satu untuk sabunnya, satu untuk ini itu saya sampai bengong. Plastik itu material yang sulit terurai, alasan terbesar mengapa ada banyak kampanye mengurangi plastik atau go green. Ketika saya bertanya sopan pada kasirnya, apakah tidak ada maksimal plastik yang diberikan pada pelanggan atau barangkali anjuran untuk tak menggunakan banyak, jawaban si kasir begitu mudah ditebak, "Ya kan mereka pelanggan, Mbak, terserah mau gimana." 

Ada garis tipis antara "berhak mendapatkan sesuai yang kita bayar" dan "bisa meminta sesuka kita karena kita bayar". Misalnya, kita berhak mendapatkan pelayanan yang ramah dari pramusaji restoran, ditawari alternatif menu yang sesuai, dan pesanan yang diantarkan dalam waktu yang cepat. Itu norma umum yang bisa kita terima mengenai hak kita sebagai pembeli. Hanya saja, cara makan, cara meninggalkan piring bekas makan, cara membuang sampahnya, they are a reflection of us as a person. Apakah dengan membayar sekian ratus ribu rupiah lalu kita boleh saja seenaknya meninggalkan tulang ikan di meja? Apakah dengan membeli minum di 7-Evelen lalu kita bisa seenaknya meninggalkan botol bekasnya? Apakah dengan memesan ayam goreng di konbini lalu kita bisa mengambil saus sambal seenak hati sampai harus ditulisi "ambil secukupnya saja"?

Yah, barangkali mental kita memang mental tuan besar yang maunya sesukanya.

Atau jangan-jangan perilaku kita sudah terlalu dalam dipengaruhi insentif sehingga sulit sekali mengubahnya tanpa ada iming-iming benefit?

XOXO,

-Citra

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun