Tidak ada pilihan, aku berjalan sambil nafas yang kutarik sangatlah berat.
Kali pertama aku terperangkap di dalam Gedung, aku harus cepat sampai lantai bawah, berharap caf di bawah masih ada yang buka, setidaknya sedang beres-beres, karena kalau saja mereka sudah tutup, lampu sudah mati maka aku harus menginap di Musholla, yang dinginnya luar biasa dan tentunya aku tak yakin bisa tidur dengan nyenyak.
Whuft, sampailah aku di lobby, eh bukan. Ini bukan lobby tapi...
Kali ini aku baru tahu kalau tangga darurat itu bukan menuju lobby tapi langsung menuju meeting point para Ojol. Ko Aneh.
Artinya kalau ada niat buruk, bisa saja orang masuk lewat pintu darurat dan tidak perlu melewati security check in. Main bas bus aja, gampang banget.
 Persetan dengan security Gedung, aku harus cepat menuju tempat kostku sebelum gerbang ditutup.
"Rio...?"
Ngapain ini orang di sini?, ngapain so cari aku?, pake muka lusuh segala, alah paling juga drama sambil kasih penjelasan ke ibu kost atau hanya modus agar marahku mereda.
Aku melipir sedikit aku ambil jalan samping, masih marah dan tak mau ketemu Rio. Biar saja dulu dia di bawah Bersama ibu kost.
Ku buka kamar perlahan, kulepas sepatu dengan buru-buru. Badanku sangat lengket dan aku ingin segera mandi.
Segera ku cari handuk yang biasa aku simpan di samping cermin, di cermin tertulis coretan lipstick merah.