Berkali-kali Rio tanya dan berkali-kali aku tidak menjawab.
Brak...
Semua terjatuh. Kutinggalkan suara Rio, dalam sumpah yang kuselipkan, awas kamu Rio, suatu saat aku akan datang kembali untuk membalas dendam. Aku tak akan pernah tulus bila aku tersiksa sendiri.
Aku tak mau kembali ke kantor, chat di handphone terus bermunculan. Semua sama pertanyaannya, yaitu kamu di mana?. Baru aku ingat, tas dan dompet masih aku tinggal di mejaku. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, artinya percuma aku kembali ke kantor, semua pasti sudah pulang.
Lapar, badan gemetar.
Menyusuri jalan pulang menuju tempat kost, sunyi, senyap dan jantungku berdegup kencang. Ya Tuhan jauh sekali tadi aku berjalan. Kuputuskan untuk kembali ke kantor, aku perlu uang untuk aku makan malam ini dan besok sarapan lalu aku harus bayar laundry pula.
Security Gedung masih ada rupanya, pintu Gedung pun tumben terbuka terus, sepertinya automatic door ini sudah harus diperbaiki. Melewati garis batas lalu menuju lift. Tak aada yang menegurku. Tumben.
Muka mereka masam semua, ya sudah maaf pa kalau gedungnya sudah dibersihkan lalu harus ada jejak sepatuku yang sedikit kena lumpur di ubin Gedung. Kalau saja aku tadi bawa dompet aku ga akan kembali ke kantor. Bener deh.
Perasaanku masih tidak karuan, sampai-sampai tanpa aku sadar aku sudah berada di depan mejaku.
Damn, tasku tidak ada berserta semua isinya.
Aku cari di seluruh ruangan, bersih.