Akhirnya, handphone ku bergetar.
Rio Calling...
Dasar hati sudah panas, otak sudah ngebul, mulut sudah berbusa, maka kata yang pertama keluar adalah, "ngapain kamu telpon?. Ga usah telpon aku lagi, kamu itu yah benar-benar menyebalkan. Otakmu masih segel? Sampai tidak tahu harus bagaimana?".
Seandainya saat itu aku pegang stopwatch, kira-kira 15 menit, mulutku ngomel ga jelas. Dan you know Rio bicara apa?.
"Kamu bisa paham ga sih yang terjadi dengan aku?. Rupanya kamu ga mau mengerti aku. Blep. Mati"
Dasar kampret, bener-bener kamu ya Rio, gue benci sama lo.
Lari, espresso di tangan kananku terlepas, kontan aku teriak karena termos itu aku beli menggunakan kartu kredit 6 kali cicilan dan baru masuk ke cicilan 3, masa cicilan belum kelar termosnya udah rusak. Kan sayang ya?.
Rupanya handphoneku belum mati, dan Rio mendengarkan teriakanku.
"Hallo, kamu di mana?"
Hah, ko ada suara? Angka di handphoneku masih berjalan, sambil mengusap ingus, aku kembali umbar emosi.
"Ngapain kamu tanya-tanya aku? Pergi sana, gue benci sama lo".
"Kamu di mana?".