Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelacur Bersabda

26 Maret 2020   15:12 Diperbarui: 26 Maret 2020   15:18 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Akhirnya, handphone ku bergetar.

Rio Calling...

Dasar hati sudah panas, otak sudah ngebul, mulut sudah berbusa, maka kata yang pertama keluar adalah, "ngapain kamu telpon?. Ga usah telpon aku lagi, kamu itu yah benar-benar menyebalkan. Otakmu masih segel? Sampai tidak tahu harus bagaimana?".

Seandainya saat itu aku pegang stopwatch, kira-kira 15 menit, mulutku ngomel ga jelas. Dan you know Rio bicara apa?.

"Kamu bisa paham ga sih yang terjadi dengan aku?. Rupanya kamu ga mau mengerti aku. Blep. Mati"

Dasar kampret, bener-bener kamu ya Rio, gue benci sama lo.

Lari, espresso di tangan kananku terlepas, kontan aku teriak karena termos itu aku beli menggunakan kartu kredit 6 kali cicilan dan baru masuk ke cicilan 3, masa cicilan belum kelar termosnya udah rusak. Kan sayang ya?.

Rupanya handphoneku belum mati, dan Rio mendengarkan teriakanku.

"Hallo, kamu di mana?"

Hah, ko ada suara? Angka di handphoneku masih berjalan, sambil mengusap ingus, aku kembali umbar emosi.

"Ngapain kamu tanya-tanya aku? Pergi sana, gue benci sama lo".
"Kamu di mana?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun