Mohon tunggu...
Cicilia Yustina Salamony
Cicilia Yustina Salamony Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu tiga anak yang suka memasak dan multi sport

Memasak adalah rayaan kegembiraan. Saya hanya pembelajar yang suka belajar tentang masakan dan semua seni yang melingkupinya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Glamping Sitinggil, Muncul: Menikmati Alam Sepenuh Hati

8 April 2022   10:19 Diperbarui: 8 April 2022   10:29 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini saya akan mengajak bunda sekalian untuk mengunjungi Glamping Sitinggil yang terletak di daerah Muncul, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Glamping adalah salah satu konsep berkemah yang menyajikan kenyamanan dan keindahan bersama-sama dengan pengalaman hidup di alam. Kalau mengacu istilahnya, "glamor camping" maka sudah pasti yang ditawarkan adalah kenyamanan. 

Dokpri
Dokpri

Kami mencari informasi Glamping Sitinggil melalui media sosial sambil belajar bagaimana tinggal di glamping dari unggahan video para pengunjung yang pernah singgah di Sitinggil. Setelah berdiskusi, kami kemudian memutuskan ke Sitinggil. Kami menyelesaikan proses administrasinya secara online kemudian kami mempersiapkan peralatan berkemah yang diperlukan.

Alam Sejuk Mendamaikan

Kami keluar Jakarta pada dini hari dan menempuh rute Jakarta-Salatiga via tol trans Jawa. Setelah berhenti sejenak mengisi bahan bakar dan sarapan di Brebes, kami melanjutkan perjalanan ke Semarang. Jarak Semarang-Salatiga hanya sekitar 30 menit jika ditempuh melalui tol. Tepat siang hari kami sudah masuk kota Salatiga dan selanjutnya menuju ke Banyubiru. 

Dokpri
Dokpri

Hanya butuh waktu 15 menit untuk mencapai Sitinggil dari Kota Salatiga. Kami disambut rindangnya pohon durian saat memasuki halaman Sitinggil. Pak Agus pemilik Glamping menyambut kami dan mempersilahkan kami melihat glamping yang menjadi usaha ekonominya. Glamping Sitinggil menyediakan dua buah glamping yang disewakan satu paket. "Ini untuk kenyamanan tamu", jawab Pak Agus saat ditanya mengapa penyewa harus mengambil kedua glamping dan bukan satu saja. Saya setuju dengan konsep beliau. Lebih nyaman memang keluarga menginap di lokasi glamping dengan privasi terjaga.

Dokpri
Dokpri

Kami cukup terkejut dengan penataan glamping yang baik. Glamping pertama yang terletak di bawah pohon memanfaatkan kontur tanah untuk membangun konstruksi panggung cukup di bagian belakang saja. Glamping ini diisi oleh tempat tidur yang cukup untuk 3-4 orang. Selain itu juga tersedia kursi panjang yang bisa digunakan tidur. Dua kursi kecil dan satu meja kecil terletak di pojok kiri lamping. Dasar glamping dilapisi karpet coklat bersih. Glamping kedua yang terletak dekat lapangan ditopang oleh panggung setinggi kira-kira 50 cm di seluruh kemah. Fasilitas yang terseda di glamping kedua sama dengan glamping pertama, tetapi luas glamping kedua agak lebih kecil. Kelebihan glamping kedua terletak pada terasnya yang luas lengkap dengan meja kursi.

Dokpri
Dokpri

Lahan sawah menguning terhampar di depan glamping. Sebuah tanah lapang yang dibuat sebagai arena permainan berada di sisi glamping, memisahkan glamping dengan pendopo kecil. Di lapangan tersedia ayunan, net bulutangkis, dan area bermain dam. Sebuah tong api unggun terletak tepat di belakang pendopo. Pendopo di area glamping berisi meja dan kursi makan, sofa tamu, meja ping-pong. Juga terdapat meja yang khusus menyediakan toples berisi gula, teh, dan kopi. Sebuah alat pemanas air terletak tepat di pojok tengah pendopo. 

Dokpri
Dokpri

Terdapat dua kamar mandi di lokasi glamping. Satu kamar mandi terletak dekat lokasi glamping. Satu kamar mandi lagi terletak dekat pendopo. Tiap kamar mandi dilengkapi fasilitas WC yang bersih dan air melimpah.

Dokpri
Dokpri

Lokasi glamping dilingkupi oleh deretan gunung dan pebukitan. Gunung Merbabu tampak di latar belakang. Di depannya berdiri rangkaian pebukitan dari gunung.....  Udara Sitinggil benar-benar menyegarkan. Di siang hari kita masih merasakan dinginnya alam pegungungan dan suara burung yang bertebangan di atas persawahan. Sungguh suasana sejuk mendamaikan.

Tracking Sitinggil Yang Tak Terlupa

Setelah meletakan semua peralatan dalam glamping, kami menuju pendopo untuk menikmati teh dan kopi. Putra bungsu kami mencoba berbagai fasilitas olahraga dan rekreasi yang disediakan. Sepeda, peralatan bulutangkis, catur dan bola tersedia pada tenda kecil di samping pendopo. Sementara kami belajar menggunakan lampu glamping yang semuanya memanfaatkan energi matahari. Kami menjemur panel panel surya yang ada di lampu untuk digunakan pada malam hari.

Dokpri
Dokpri

Pada sore hari, putri kami dan ketiga rekannya bergabung bersama. Kini suasana glamping semakin meriah penuh canda. Pada pukul 17.30 para petugas datang ke pendopo mempersiapkan makan malam dan menyalakan lampu pendopo. Dari mereka kami tahu bahwa Pak Agus dan istrinya, seorang warga negara Australia,  membangun bisnis mereka dengan konsep pemberdayaan. Makanan yang disediakan kepada tamu semuanya berasal dari hasil masyarakat sekitar. Demikian pula para petugas yang membantu kebersihan, pemeliharaan dan keamanan glamping. Pak Agus membawakan kami dua buah durian saat menjelang sore. "Ini ada durian. Dari kampung. Bisa dicoba." Kami tentu saja bergembira. Durian lokal Sitinggil tidak terlalu harum tetapi manis dan memiliki isi yang tebal.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Sebenarnya, selain glamping, lokasi perkemahan keluarga ini juga menyediakan fasilitas rumah pohon. Letaknya sekitar 1oo meter dari arah glamping.  Kemah pohon dibangun Pak Agus dan istrinya di tepi aliran sungai kecil. Kebun buah melatari rumah pohon itu.

Kami menikmati dinginnya malam Sitinggil dari dalam glamping setelah acara perayaan ulang tahun sederhana dan api unggun yang membuat rindu ingin kembali lagi ke sana. Pak Agus dan keluarga menyumbangkan kue tart ulang tahun yang lezat menambah meriah acara perayaan ulang tahun malam itu. Pukul 23.00 kami memasuki glamping dan beristirahat.

Pada pagi hari, Pak Agus memandu kami menjelajah track jalan kaki Sitinggil. Kami menggunakan kendaraan untuk bergerak ke area persawahan yang terletak 3 kilometer dari glamping. Udara segar menyambut saat kami keluar mobil. Suara gemercik air sungai terdengar di bawah jembatan yang menghubungkan pedesaan dengan area tracking. Syukur tiada henti. Hamparan sawah laksana permadani tersaji di kiri dan kanan jalan setapak. Matahari pagi bersinar membakar semangat para petani dan pencari rumput.

Dokpri
Dokpri

Lebih dari satu jam kami menjelajah track jalan kaki Sitinggil. Menyusuri pematang sawah. Menyeberangi sungai. Akhirnya kami pulang kembali ke glamping dengan badan segar dan hati gembira. Pukul 12.00 siang hari kami selesai berkemas dan berpamitan pada Pak Agus dan keluarga. Di Sitinggil kami bukan saja mendapatkan alam yang indah teduh, tetapi juga keramahan keluarga Pak Agus. "Sekarang sedang tidak musim. Kalau datang lagi saat musimnya, saya oleh-olehin durian," kata Pak Agus saat kami berpisah.

Nah, jika bunda sekeluarga sedang atau hendak berlibur ke Salatiga sambil menikmati udara segar dan alam terbuka, saya rekomendasikan glamping Sitinggil. Sekian dulu, ya Bund. Salam kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun