Mohon tunggu...
Chusnul C
Chusnul C Mohon Tunggu... Peneliti dan penulis lepas

Seorang peneliti dan penulis lepas, menyukai isu lifestyle, budaya, agama, sastra, media, dan pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Pendengung dan Masyarakat Minim Literasi

19 September 2025   14:51 Diperbarui: 19 September 2025   14:51 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Pemengaruh Menyuarakan Tuntutan 17+8 di Depan Gedung DPR (Sumber: Kompas.com/Kredit Foto)

Dunia digital kita telah lama dikotori oleh keberadaan pendengung atau yang dikenal dengan istilah buzzer. Kata buzzer berasal dari kata buzz dalam Bahasa Inggris yang menurut Merriam-Webster berarti rumor atau gossip. Sementara itu dalam KBBI V, kata buzzer disepadankan dengan istilah pendengung yang artinya adalah orang yang meneybarkan rumor atau gosip terutama melalui sosial media (Detik.com).

Sederhananya, pendengung adalah sekelompok atau individu-individu yang disewa untuk menyebarkan propaganda dengan cara mempengaruhi algoritma di sosial media. Mereka adalah alat yang digunakan oleh pihak-pihak tertentu seperti perusahaan, pemerintah ataupun pejabat publik yang memiliki kepentingan untuk mempengaruhi perspektif publik. Hingga saat ini, keberadaan mereka masih dianggap efektif khususnya berkaitan dengan isu politik.

Kemunculan pendengung seiring dengan pasar digital yang semakin kompetitif, dan memungkinkan kemunculan pendengung yang bertugas untuk menyebarkan konten berbayar dalam jumlah besar dan sekaligus terkoordinasi. Para pendengung biasanya bertugas dengan strategi iklan, testimoni pseudo-pemengaruh, dan disinformasi berbasis clickbait yang kemudian dipadukan dengan teknik amplifikasi algoritmik seperti penggunaan bot, tagar trending, serta endorsement dari akun pseudo-pemengaruh.

Keberadaan Pendengung di Agustus Kelabu dan Septemebr Hitam

Riuhnya para pendengung di dunia digital sangat terasa dalam dua minggu terakhir ketika aksi massa bergejolak hampir di seluruh wilayah Indonesia sejak 25 Agustus 2025. Gelombang unjuk rasa tidak saja riuh di jalan, namun juga riuh di ruang digital. Ragam perdebatan muncul, dan sebagaimana biasanya hadir pula akun-akun provokatif dari para pendengung yang menggiring opini publik, menciptakan distorsi yang memecah belah masyarakat.

Wujud dari pendengung ini tidak saja dalam wujud akun anonim, namun juga bisa berwujud artis atau pemengaruh sehingga keberadaanya sangat efektif. Selain itu, efektifitas pendengung juga didukung oleh masyarakat yang masih minim literasi.

Selama masa aksi demonstrasi berlangsung hingga masa tenang sampai tanggal 5 September, alih-alih fokus pada tuntutan yang diajukan ke pemerintah, masyarakat justru fokus pada isu-isu tidak substansial. Mereka ribut dengan warna merah muda yang dijadikan simbol perlawanan, atau bahkan menyerang para pemengaruh yang sedang ikut berjuang seperti Salsa Erwina, Fery Irwandi, Abigael Muria, Jerome Polin dan lain sebagainya.

Warna merah muda sebagai simbol keberanian melawan, diambil dari warna hijab salah satu aksi demonstran yang viral karena keberaniannya menghadapi polisi. Namun kemudian muncul narasi tandingan yang menyebut bahwa warna merah muda tidak layak dijadikan simbol perlawanan karena sosok ibu berhijab merah muda yang disebut Ibu Anna, adalah orang yang berbicara kasar dan memaki-maki presiden dengan kata-kata yang tidak layak. Anggapan tersebut berasal dari video yang ternyata merupakan editan Akal Imitasi (AI).

 Para Pendengung (Sumber: koranaceh/Kredit Foto)
 Para Pendengung (Sumber: koranaceh/Kredit Foto)

Bahkan, setelah editan video tersebut diketahui publik sebagai video AI, muncul kembali narasi lanjutan yang menyebutkan bahwa ibu berhijab merah muda merupakan seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Kejiwaan) sehingga tak layak untuk dijadikan pahlawan dan simbol gerakan. Selain meributkan warna, muncul narasi-narasi lainnya seperti sebutan anak abah yang merujuk pada simpatisan Anis Baswedan. Sebelumnya, warga net juga diributkan dengan menyalahkan massa aksi yang membakar fasilitas umum serta penjarahan yang dilakukan di rumah anggota DPR dan Menteri sebelum kemudian diketahui bahwa kerusuhan tersebut didalangi oleh pihak tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun