Mohon tunggu...
Christine Huangyi
Christine Huangyi Mohon Tunggu... -

Pingin Kuliah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Otak Reptil Pencinta Jokowi?

21 Maret 2014   15:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:40 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By : Christine Huangyi

Kamis kemarin Aiy mendapatkan pengetahuan baru dikelas, materi tentang otak. Sebagaimana Aiy tahu bahwa otak kita terbagi dalam dua bagian terbesar, otak kiri dan otak kanan, ternyata ada satu lagi otak yang berada dibagian tengah, namanya otak reptil, lalu apa sebenarnya otak reptil ini? fungsi, tugas dan sebagainya?

Menariknya beberapa hari ini Aiy berdiskusi mengenai sosok fenomenal om Jokowi dibeberapa sosial media yang ada, dan mengindikasikan bahwa sebagian besar atau mungkin hanya sedikit, bahwa para pencinta om Jokowi lebih banyak menggunakan fungsi otak reptilnya, kenapa dan mengapa memilih om Jokowi dalam berbagai kesempatan mengutarakan alasan – alasannya.

Ketika melihat fenomena pencinta om Jokowi ini Aiy pun berfikir kearah yang lain, apakah elit – elit PDIP juga menggunakan otak reptil ketika memutuskan om Jokowi maju di pilpres 2014 ini? Akan Aiy coba mengulas ini dikesempatan yang berbeda.

Apa itu otak reptil?

Otak reptil terletak pada dasar otak. Bagian otak ini sama persis dengan bagian otak yang dimiliki reptil, seperti kadal atau buaya. Karenanya, disebut otak reptil.Adapun fungsi atau tugas otak reptil adalah sebagai berikut: Mengendalikan fungsi-fungsi motor sensorik, mengetahui rangsangan yang berasal dari panca indera. Dan Mempertahankan hidup secara naluriah, fokus pada makanan, tempat tinggal, perkembangbiakan, dan perlindungan diri. Ketika kita dalam bahaya, otak reptil memberikan perintah kepada anggota tubuh yang lain untuk menghadapi atau lari dari situasi berbahaya tersebut. Penjelasan ilmiahnya mungkin cukup disini saja ya dari Aiy, kalau mau lebih bisa di googling.

Lalu hubungannya dalam konteks pencinta om Jokowi? Disini menariknya!

Melihat dari penjelasan ilmiah diatas, maka bisa disimpulkan dan dipahami mengapa ketika om Jokowi dipilihkan untuk pilpres di 2014 hampir semua pencinta om Jokowi tidak pernah peduli dengan sumpah janji, sumpah jabatan, etika dalam menerima atau mengemban amanah, bagaimana menghormati suara – suara yang menghendaki dan memilihnya di pilkada, tidak menjadi persoalan dalam hal budaya kerja ketika baru 1,5 tahun sudah mengejar ambisi yang lebih tinggi, tidak pernah peduli dengan “kutu loncat” yang diharamkan didunia politik bahkan didunia kerja, intinya tidak pernah peduli apa pun yang harusnya menjadi sebuah nilai penting apakah seorang politisi itu memiliki integritas dan kredibilitas menjadi pemimpin sejati. Bagi pendukung om Jokowi hal – hal tersebut tidak menjadi penting, kenapa dan mengapa?

Ini mengindikasikan bahwa pencinta om Jokowi lebih banyak menggunakan otak reptilnya, seperti penjelasan diatas, otak reptil lebih banyak memutuskan dan cenderung mendominasi dari otak kiri dan kanan. Otak reptil memiliki kecenderungan untuk lari dan menghindar dari persoalan, kalau pun melawan otak reptil tidak memiliki kemampuan berfikir logis dan cenderung bermain dengan alasan – alasan yang sarat emosional. Otak reptil sulit untuk berfikir logis, karena memang otak ini memiliki kecendrungan unsur – unsure emosi yang bermain.

Tidak heran jika saya menemukan dalam diskusi ditempat berbeda dengan para pencinta om Jokowi, Aiy mendapatkan seribu alasan dan logika – logika yang ada, ketika pertanyaan – pertanyaan logis yang Aiy tanyakan, mereka cenderung lari atau melakukan perlawanan dengan alasan yang dibuat – buat.

Ternyata ada yang menarik juga didalam otak reptil kita, masih ingat mengapa hiburan YKS yang tidak ada nilai pendidikannya dan hanya goyang – goyang ngga jelas menjadi trend dan disukai, begitu juga sinetron ditelevisi yang dialognya bernilai gunjingan dan omongan tak bernilai.

Dan jangan lupa politik kita yang cenderung dan terjebak pada simbol – simbol dari pada esensi. Lihat saja kampanye terbuka politik yang selalu ditutup dengan goyang dangdut yang terkesan sensual. Otak reptil manusia memang cenderung mendominasi dari pada otak kanan dan kiri kita yang mampu berfikir cerdas.

Lalu pertanyaannya sampai kapan otak reptil menguasai dan mengalahkan fungsi otak kita yang logis?

Ada ungkapan menarik dan bisa menjadi tambahan pengetahuan “Jika Anda melek sains, dunia akan tampak begitu berbeda bagi Anda, dan pemahaman itu memperkuat Anda." Neil deGrasse Tyson. Kalau diijinkan oleh om Neil, maka ungkapan itu saya kondisikan “Jika Anda melek politik, maka wujud cinta anda akan berubah menjadi cinta yang logis”

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun