Kau anggap aku ini apa,
kau menyuruhku memegang sapu,Â
menjinjing keranjang belanjaan,Â
apa kau pikir aku ini emak-emak ?, aku ini lelaki tulen,Â
jijik aku, kau anggap seperti perempuan,Â
seiring waktu berjalan, senyummu yang tersungging meski dalam letih,Â
tawamu yang selalu lepas meski dalam lelah,Â
bahagiamu yang selalu kau tebar meski dalam sakit,Â
menampar kebodohanku, aku sombong merasa perkasa,Â
sungguh aku menghina diriku sendiri,Â
lembutmu adalah keperkasaan sejati di jagad ini,Â
aku bersumpah demi kamu, demi ibuku dan demi seluruh wanita,Â
tak akan kubiarkan ketidakpedulian  menginjak-injak persamaan diantara kita,Â
tak akan kubiarkan air mata, keringat, ludah, dan darah perempuan itu tertumpah tanpa penghormatan,
sapu itu juga milik kami, keranjang itu juga bawaan kami,Â
betapa banyak kewajiban kami yang tertitip pada kalian,Â
atas nama kesombongan gender,
akan kuhapus deretan narasi yang merendahkan air mata, keringat, ludah, dan darah perempuan,Â
tak akan ada lagi itu di hadapanku,Â
aku berjuang di sampingmu dalam harmoni dan kesetaraan.
Kendari, Tengah hari 25072020