Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Itu Air Mata Ibuku Bergulir

14 Februari 2025   19:28 Diperbarui: 21 Februari 2025   00:59 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by @art.cahayu

Air mata ibuku menetes di malam-malam sunyi
Tak apa bila itu membuat hatinya lega
Perjalanan hidup memang mesti dilewati
Meski terkadang tak mudah

Malam itu air mata ibuku bergulir
Bagai gerimis yang datang tiba-tiba
Memecah hening merobek sunyi
Membuatku terjaga dari tidur malam

Di balik selimut aku bersembunyi
Aku tebak tangisan ibuku pasti mengalir seperti anak sungai
Karena isakannya terdengar begitu menyayat hati
Menumpahkan keluh kesah pada malam sunyi

Mesin ketik itu sungguh sangat berarti bagi ibuku
Meski Bapak tak mempersalahkan dengan raibnya mesin ketik itu
Ibuku tetap merasa sangat bersalah karena telah mempercayai orang yang ditolongnya
Seorang mahasiswa yang sedang membuat skripsi, yang tak begitu ia kenal

Aku memang dapat membaca kata yang tersembunyi di setiap tetesan air mata
Hingga ibuku tak bisa menyimpan semua rahasianya
Waktu itu, mesin ketik memang sangat mahal harganya
Dan rasa bersalah ibuku semakin menjadi-jadi, karena untuk makan saja sangat sulit

Ibuku memang sungguh hebat, dapat menjalani kehidupannya dengan tegar
Meski banyak kisah pilu yang tak mudah untuk diceritakan
Tetapi aku selalu saja dapat mengungkap kisah penderitaannya
Lewat tetesan air matanya yang menyimpan banyak cerita

Ibuku memang perempuan yang kuat
Berjuang untuk anak-anaknya di sepanjang hidupnya
Aku adalah salah satu yang diperjuangkannya
Dan sejak malam itu semangat hidupku menjadi bergelora

Gunung kudaki dan jalan terjal kemudian kulewati
Demikian juga dengan lembah dan ngarai
Kucipta canda sepanjang hari
Agar ibuku tersenyum kembali

Di depan anak-anaknya ia tak pernah menangis
Menjaga hatinya agar tetap tegar dalam menjalani hidup ini
Meski air matanya bergulir sembunyi-sembunyi
Air matanya telah menyentuh relung hati ini
Dan bermuara pada telaga sunyi

Baca juga: Serunai...

Aku pun ingin berjuang sepertinya...
Dengan menjadi seorang ibu rumah tangga sepertinya juga
Merelakan cita-cita yang lainnya, untuk menemani anak-anak menuju masa depan
Ya, ibuku melepaskan kesempatan menjadi guru ketika itu...
Dan memilih menjadi ibu rumah tangga saja tanpa penyesalan

Kubacakan buku cerita untuk anak-anakku sebagai pengantar tidur mereka
Memasak dan menyiapkan keperluan mereka
Aku pun juga menemani anak-anak bermain dan belajar  
Mengasuh dan mengasihi mereka seperti ibuku
Sebisa dan semampu aku melakukannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun