Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dari Kinshicho ke Apartemen di Funabashi Hoten

30 Januari 2018   10:17 Diperbarui: 30 Januari 2018   10:34 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biaya untuk moda kereta itu cukup murah, walau mungkin jika dibanding dengan commuter Jakarta, memang berlipat. Jika hanya 1 stasiun kita harus bayar antara 120 sampai 180 tergantung kilometr nya. Yang terjauh sekitar Tokyo antara 500 sampai 600 untuk ke Shibuya atau Shinjuku, sekitar 1 jam. Itu pun harus berganti kereta line yang lain. Atau ke Narita sejitar 1000 sampai 1200 tergantung naik kereta yang mana. Karena ada line kereta yang dikuasai pemerintah, ada juga yang dikuasai swasta.

Jadi kita bisa berhitung untuk transportasi Michelle bolak balik dari apartemen ke kampus lalu ke pekerjaannya dan kembali ke apartemennya lagi. Cukup besar! Tetapi karena dia adalah mahasiswa, kampusnya mensubsidi transportasinya, walau hanya sekedear dari aoartemrnnya ke kampus dan krmbali ke apartemennya. Dan untuk kepekerjaannya, dia harus bayar sendiri dengan harga mahasiswa. Ya ..... Jepang memang mahal, teritaja bagi turis Indonesia.

***
Begitu juga jika aku keliling Tokyo. Bedanya sebagai disabled terutama pemakai kursi roda, aku benar2 di lindungi pemerintah Jepang. Kaum disabled adalah "yang dihormati", sehingga kami mempunyai fasilitas2 khusus yang tidak bisa atau tidak boleh dipakai oleh warga yang sehat dan normal.

Misalnya, untuk naik kereta aku harus meminta tolong petugas stasiun untuk nrmbawa 'mobile ramp' supaya aku bisa naik dn tutun kereta. Karena antara kereta dan leron stasiun, ada jarak sekitar 20 atau 30 cm dan level atau ketinggian yang berbeda. Sehingga bahwa kursi roda elektrikku pu pasti nyangkut jika tidak dibantu oleh ramp.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
 Lihat, dibelakangku adalah kaum disabled (disabled itu bukan hanya scacat fisik saja, tetapi juga orang tua, manula dan anak2 balita yang belum mampu menjaga dirinya. Dan petugas stasiun siap membantu mereka dengan ramah dengan bahasa cacingnya .....

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Minimal ada 2 orang petugas stasiun untuk membantuku. Yang satu membawa ‘mobile ramp’, yang satu lagi bertugas untuk memanduku dan menghalau orang2 yang brlalu lalang dan (mungkin) tidak melihat ku dengan kursi roda ….

***

Jadi, setiap hari aku harus meminta Michelle untuk  menulis tulisan Kanji jika aku mau ke suatu tempat. Karena sebagian besar *(sekali) mereka tidak bisa berbahasa Ingris! Jepang memang sala satu negara yang bangga akan produk dalam negerinya, termasuk bahasanya. Sehingga, jika kuta butuh mereka ya kita harus berbahasa mereka …..

Pertama kali, aku mencoba tanpa tulisan kanji dari Michelle. Walau aku berusaha untuk melafalkan nama stasiun yang aku ingin datangi, tetap saja mereka atau petugas stasiun tidak bisa mengerti. Padahal menurutku lafalnya sama saja, sehingga aku harus menunjukkan Tulsa kanji dari Michelle, hihihi …..

Nih caraku berkeliling Tokyo, dengan bermodalkan tulisan kanji dari Michelle :

Tulisan kanji dari Michelle untuk kuberikan kepada petugas stasiun (dokpri)
Tulisan kanji dari Michelle untuk kuberikan kepada petugas stasiun (dokpri)
 Hahaha ….. walau aku buta dengagn bahsa jepang apalagi dengan tulisan kanji, dan walau aku cacat dan memakainkursi roda, aku mampu berkeliling Tokyo hanya bermodalkan keberanian, tekat dan doa, dab “berjalan bersama Tuhan”, itu yang aku terapkan ……

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun