Dalam perjalanan kehidupan rumah tangga, peran suami dan istri adalah fondasi utama yang menentukan kualitas keluarga, terutama dalam hal pendidikan anak. Namun, sering kali saat muncul tantangan dalam mendidik anak, tanggung jawab itu seakan dibebankan sepenuhnya kepada istri. Padahal, jika terjadi kekurangan atau kesalahan dalam cara mendidik, hal tersebut semestinya tidak menjadi alasan untuk menyalahkan istri. Sebab, istri bukanlah pekerja atau pembantu suami yang harus menanggung beban sendirian. Istri adalah partner sejati yang bersama-sama mengemban tugas mulia mendidik generasi emas berkualitas.
Banyak mitos dan pandangan keliru yang beredar di masyarakat mengenai posisi istri dalam keluarga. Masih ada anggapan bahwa istri adalah sosok yang harus menurut dan menjalankan semua tugas rumah tangga sendirian, termasuk pendidikan anak. Akibatnya, ketika ada kekurangan dalam aspek tersebut, istri sering kali menjadi sasaran kemarahan dan kritik. Itu sangat tidak adil, akan menimbulkan ketidaknyamanan yang justru merugikan proses pendidikan anak itu sendiri.
Suami dan istri adalah dua insan yang saling melengkapi dan harus saling mendukung. Bila ada ketidaksempurnaan dari istri dalam mendidik anak, maka itu harus dilihat sebagai kekurangan yang harus disempurnakan oleh suami, bukan sebagai alasan untuk menyalahkan atau menegur istri dengan cara yang tidak bijak. Bantuan dan dukungan suami justru sangat dibutuhkan agar pendidikan anak menjadi lebih optimal.
Banyak penelitian psikologi menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam kehidupan anak sangat berpengaruh positif, mulai dari perkembangan emosional, akademik, hingga kepribadian anak itu sendiri. Dengan turut serta dan aktif mengurusi pendidikan anak, suami turut membangun ikatan emosional yang kuat antara ayah dan anak, sekaligus membantu ibu dalam menjalankan peran pendidikannya.
Praktik keterlibatan suami dalam mendidik dan mengasuh anak bisa berupa berbagai hal, misalnya:
- Membantu menemani belajar anak di rumah.
- Mengajari anak keterampilan hidup dan nilai-nilai moral.
- Menjadi contoh teladan dalam keseharian.
- Mendengarkan cerita dan keluh kesah anak agar mereka merasa didukung.
- Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait pendidikan dan pengasuhan.
Saat suami benar-benar berperan aktif, beban istri menjadi berkurang dan pendidikan anak pun berlangsung dalam suasana harmonis dan suportif.
Rasa saling menghargai dan pengertian antar pasangan adalah kunci meraih keberhasilan dalam mendidik anak. Jika ada kekurangan pada istri, bukan berarti istri gagal secara total, melainkan ada ruang untuk perbaikan yang bisa diraih bersama-sama. Menyalahkan istri justru akan mendatangkan konflik yang berimbas negatif pada anak.
Keluarga yang solid adalah keluarga yang membangun komunikasi terbuka. Suami dan istri harus bisa duduk bersama, berbicara tentang tantangan yang dihadapi dalam mendidik anak, mencari solusi bersama, dan saling menguatkan. Dengan begitu, pola asuh yang diterapkan lebih konsisten dan anak tumbuh dalam suasana cinta serta perhatian utuh.
Ketidaksempurnaan istri dalam satu aspek adalah panggilan bagi suami untuk makin dekat dan peduli, bukan alasan menyalahkan atau menghakimi. Peran aktif suami dalam pendidikan anak adalah bentuk cinta sekaligus tanggung jawab moral terhadap keluarganya.