Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menunggu Gebrakan Ahok Selanjutnya!

26 September 2020   12:10 Diperbarui: 26 September 2020   12:24 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok dan Erick Thohir, sumber : https://cdn-2.tstatic.net/newsmaker/foto/bank/images/ahok-dan-erick-thohir.jpg

Setelah membuka borok Pertamina dan menganjurkan agar Kementerian BUMN dibubarkan saja, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kemudian datang menghadap Menteri BUMN Erick Thohir pada Kamis 17 September kemarin.

Dalam pertemuan itu tidak dijelaskan secara eksplisit bagaimana "cerita seru" antara Ahok dan Erick dalam menyikapi perbedaan pandangan diantara mereka berdua. Kebetulan mereka berdua ini sama-sama memegang "kartu Joker dari bos," yang terselip dalam saku baju batik mereka masing-masing.

Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Komunikasi Arya Sinulingga kemudian memberikan keterangan terkait pertemuan Ahok-Erick tersebut. Menurut Arya, Menteri BUMN Erick Thohir memberikan wejangan kepada Ahok. "Jadi tugas pak Ahok memang salah satunya melakukan tranformasi di pertamina dengan juga melibatkan tim yang ada di dalam untuk semakin kuat, jadi kerja sama tim diperkuat dimintakan pak menteri kepada Pak Ahok," ujar Arya.

Terkait dengan keluhan Ahok, Arya menuturkan, Menteri Erick sangat memahami apa yang terjadi di Pertamina. Menteri Erick meminta Ahok terus mengawasi kinerja direksi Pertamina. "Dari sini bisa disatukan dan memang sebagai Komut Pak Ahok memang ditugaskan Kementerian BUMN untuk melakukan pengawasan terhadap Pertamina itu bagian tugas dari Pak Ahok," jelas Arya lagi.

Sebagai Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Komunikasi, Arya Sinulingga telah menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mampu meredam gejolak "Geger Pertamina" ini. Apalagi Ahok sebelumnya sempat menyebut-nyebut istilah "kadrun" sebagai ganjalan dalam pemilihan karirnya di Pertamina.

Lewat pernyataan Ahok ini, masyarakat akhirnya menjadi tahu kalau Ahok itu sebenarnya ingin memegang jabatan Direktur Utama Pertamina. Namun karena "sesuatu hal," ia pun akhirnya terpaksa menerima jabatan Komisaris Utama Pertamina tersebut.

Namun sekali lagi Arya mampu mengatasi "drama kadrun" termasuk konflik internal di dalam Pertamina ini dengan mengatakan, bahwa hal tersebut merupakan urusan internal perusahaan. Kementerian BUMN dalam hal ini memberikan ruang untuk keduanya antara komisaris dan direksi Pertamina berkomunikasi.

"Menjawab mengenai pernyataan Ahok sebagi komut, tentunya itu urusan internalnya Pertamina. Kita berikan ruang untuk direksi dan komisaris melakukan komunikasi, jadi kita tetap meminta mereka komunikasi dengan baik antara komisaris dan direksi lah," kata Arya Sinulingga.

Menurut Arya, bagaimanapun komisaris yang ditempatkan di setiap BUMN sebelumnya melalui proses yang mesti dijalani dari Kementerian BUMN.

"Soal komisaris di BUMN ya semua berasal dari Kementerian BUMN, termasuk pak Ahok juga dari kita kan dari Kementerian BUMN, sementara yang lain kan memang dari kita semua. Namanya juga BUMN penugasannya dari Kementerian BUMN gitu lho," kata Arya Sinulingga.

Dengan konpers Arya Sinulingga tersebut, akhirnya ihwal "kadrun dan konflik internal" di Pertamina ini dianggap selesai untuk sementara. Namun ternyata persoalan "kadrun" ini belum dianggap selesai oleh warga di luar pertamina. Pasalnya ketika Ahok menyebut istilah "kadrun," ia tidak secara eksplisit menyebut "kadrun Pertamina, kadrun KW atau kadrun apa."  Akhirnya banyak "orang yang merasa kadrun" di luar Pertamina menjadi tersinggung. Untuk hal ini penulis akan menceritakannya besok-besok secara terpisah.

***

Dalam pandangan penulis, persoalan Pertamina ini sama sekali belum selesai. Di atas adem, tapi di dalam seperti bara dalam sekam. Sewaktu-waktu masalah ini akan kembali terbakar kalau angin bertiup kencang. Apalagi kalau ada yang menyiramkan bensin.

Dari sisi struktur jabatan, tentu saja orang menganggap langkah Ahok ketika membuka kebobrokan Pertamina, apalagi sampai meminta Kementerian BUMN ini dibubarkan, sebagai sikap tidak tahu diri. Bukankah Menteri BUMN itu sendiri yang mengangkat Komisaris dan Direksi pertamina?

Namun Ahok tentu saja tidak "ujug-ujug ngebacot kalau tanpa modal." Ahok ibarat menghadapi sekawanan preman bergolok bermodalkan sebuah clurit (tapi punya banyak granat di ranselnya)

Misi Ahok di pertamina bukanlah untuk makan gaji buta, lalu duduk manis menikmati privilege sebagai Komut seperti kebanyakan pejabat komisaris BUMN lainnya selama ini. Misi Ahok jelas untuk membersihkan Pertamina dari dalam. Urusannya juga jelas bakalan membuat ada yang terjungkir, tersungkur dan akhirnya tersingkir.

Hanya masalah waktu saja bagi Ahok untuk mengulang kembali kisah "bersih-bersih ala Pemprov DKI Jakarta" dulu di Pertamina. Sebentar lagi Ahok akan membuka "posko pengaduan" di pagi hari sebelum masuk jam kerja. Karyawan rendahan termasuk outsourcing yang tertindas, Agen-agen gas dan pom bensin, Rekanan pemasok (supplier) yang "dipalakin orang dalam" nantinya akan mengantri mengadukan nasibnya, persis seperti antrian warga di Balai Kota dulu. "Naga-naganya" sudah terlihat ketika Ahok membuat wacana "Lelang Jabatan" untuk jenjang promosi staf Pertamina.

Mungkin sebentar lagi tender juga akan berlangsung secara terbuka lewat elektronik, tanpa rekanan dan pejabat Pertamina harus bertemu. Kalau semuanya berlangsung transparan, bagaimanakah nasib para calo, makelar dan pemburu rente yang menjadi parasit di Pertamina selama puluhan tahun ini?

Yang jelas, pastinya akan ada perlawanan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan, termasuk dengan mengajak orang/organisasi dari luar Pertamina sendiri. Kalau dulu ada "penista agama," maka besok-besok akan muncul "penista kadrun!"

Di hadapan Erick, Ahok sudah membuka kartunya. Ia adalah seorang komisaris Utama, but acting as Presiden Direktur sesuai dengan petunjuk bos. Ahok akan melakukan apa saja yang dianggap perlu untuk membereskan kekacauan di Pertamina. Itulah sebabnya iapun tak segan menyuarakan pembubaran kementerian BUMN.

Erick terhenyak, tidak menyangka urusannya akan panjang begini. Ia juga punya misi yang sama seperti Ahok tetapi dengan pendekatan berbeda. Erick juga bukannya tidak setuju dengan ide Super Holding. Namun masalahnya BUMN itu seperti "kucing kurus mandi di papan, tak terurus bak tikus kurapan." Asetnya super gede tapi profitless bahkan masih menyusui kepada negara.

Erick ingin terlebih dulu membenahi BUMN ini satu persatu. Me-restrukturisasi keuangan dan busines plan, termasuk menyegarkan susunan Direksi/Komisaris. Setelah BUMN ini sehat, barulah kelak akan digabungkan ke dalam satu Super Holding.

Banyak jalan menuju Roma. Namun jalan yang dipilih Erick ini lebih panjang, terjal dan berliku persis seperti lirik lagu The long and winding road dari Beatles. Apalagi dengan kondisi pandemi sekarang dimana bisnis tersungkur dan tersingkir dari peradaban.

Pendekatan ala Erick condong kepada man and culture oriented. Erick akan mencari sosok pemimpin yang cakap, bermoral dan bisa menjadi contoh yang baik bagi staf dan karyawan. Pemimpin akan menjadi nakhoda untuk menentukan arah perusahaan, termasuk perekrutan/re-oraganisasi perusahaan.

Setelah susunan Direksi/Komisaris yang dianggap capable selesai, Erick kemudian akan mengembalikan kembali ruh perusahaan seperti tujuannya semula. Itulah sebabnya anak/cucu perusahaan yang tidak ada kaitannya dengan core binis akan ditutup atau digabungkan dengan BUMN lain yang memiliki bisnis yang sama.

Misalnya saja seperti Rumah sakit pertamina, akan dikeluarkan dari Pertamina, lalu digabungkan dengan BUMN Kesehatan. Hotel pertamina akan digabungkan dengan BUMN Perhotelan, dan lain sebagainya. Akhirnya Pertamina kembali ke core bisnis semula, yakni bermain di sektor migas saja.

Lain batu akik lain pula batu gosok. Lain sosok Erick lain pula sosok Ahok! Ahok itu cuan and human oriented. Prinsip utama dagang itu adalah cuan. kalau tidak cuan yah tidak usah dagang! so simple.

Kedua, humanis. Ahok akan menempatkan the right man in the right place untuk semua posisi jabatan  tanpa melihat usia, golongan, pendidikan, agama ataupun warna kulit orang tersebut.

Jadi Ahok tidak fokus kepada Direksi semata, melainkan sampai kepada unit terkecil di dalam perusahaan. Hal ini dimungkinkan lewat skema Lelang Jabatan tadi. Akhirnya Direksi tidak terbebani lagi dengan urusan rekrutmen staf, sehingga bisa fokus mengurus bisnis perusahaan agar bisa cuan.

Kalau staf dan karyawan perusahaan itu adalah orang tepat di bidangnya, maka dengan sendirinya pekerjaan mereka akan efisien dan efektif pula. Otomatis KKN pun akan segera raib bak kabut diterjang sinar mentari pagi. Restrukturisasi BUMN itu juga akan semakin mudah dengan konsep cuan tadi. Artinya Perusahaan BUMN hanya mengurusi bisnis yang menguntungkan saja. Lha, ngapain juga berbisnis kalau merugi.

Berjalannya waktu, rata-rata perusahaan BUMN itu sudah beranak cucu yang seringnya tidak ada hubungan dengan core bisnis perusahaan induknya sendiri. Nah, kalau Erick maunya BUMN itu fokus di core bisnis saja, maka Ahok mempunyai pandangan yang berbeda.

Bagi Ahok prinsip utamanya adalah cuan. Misalnya ada anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bisnis percetakan, hoki lalu ngasih cuan, ya pastinya akan dipertahankan. Sebaliknya ketika ia tahu Pertamina ternyata napsu membeli sumur minyak di luar negeri lewat utang, maka ia sontak murka. Menurut Ahok, Pertamina sebaiknya fokus mengeksplorasi ladang minyak di dalam negeri saja karena biayanya lebih murah.

***

Ahok sudah meletakkan kartunya di atas meja. Sekarang bola panas ada di tangan Erick. Setahun telah berlalu sejak Erick memulai reformasinya di BUMN. Erick kemudian membabat habis Direksi/komisaris BUMN yang hanya makan gaji buta dan foya-foya. Jiwasraya, Garuda, Pelindo dan banyak lagi. Apakah kinerja BUMN itu kini semakin baik atau hanya berjalan di tempat saja?

Yang kita tahu sebagian berjalan ditempat, sebagiannya lagi berjalan mundur seperti undur-undur dari Gunung Sindur.

Tak bisa disangkal tak bisa dibantah kalau pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap dunia usaha, termasuk juga kepada perusahaan BUMN. Namun entrepreneur sejati takkan gentar menghadapi dinginnya malam, takkan lekang dipanggang terik mentari dan tidak lapuk pula diterpa derasnya hujan.

Jujur saja Erick tidak punya orang-orang seperti itu. Pengurus perusahaan BUMN itu adalah manajer-manajer yang cakap di bidangnya dalam situasi normal. Mereka lahir, dibesarkan, bekerja dan berpikir dalam/untuk situasi normal saja, dan tak siap untuk menghadapi situasi yang tidak normal.

Jadi sekali lagi bola panas ada ditangan Erick. Apakah yang akan dilakukannya?

Sumber: Suara, Kompas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun