Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menunggu Gebrakan Ahok Selanjutnya!

26 September 2020   12:10 Diperbarui: 26 September 2020   12:24 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok dan Erick Thohir, sumber : https://cdn-2.tstatic.net/newsmaker/foto/bank/images/ahok-dan-erick-thohir.jpg

***

Dalam pandangan penulis, persoalan Pertamina ini sama sekali belum selesai. Di atas adem, tapi di dalam seperti bara dalam sekam. Sewaktu-waktu masalah ini akan kembali terbakar kalau angin bertiup kencang. Apalagi kalau ada yang menyiramkan bensin.

Dari sisi struktur jabatan, tentu saja orang menganggap langkah Ahok ketika membuka kebobrokan Pertamina, apalagi sampai meminta Kementerian BUMN ini dibubarkan, sebagai sikap tidak tahu diri. Bukankah Menteri BUMN itu sendiri yang mengangkat Komisaris dan Direksi pertamina?

Namun Ahok tentu saja tidak "ujug-ujug ngebacot kalau tanpa modal." Ahok ibarat menghadapi sekawanan preman bergolok bermodalkan sebuah clurit (tapi punya banyak granat di ranselnya)

Misi Ahok di pertamina bukanlah untuk makan gaji buta, lalu duduk manis menikmati privilege sebagai Komut seperti kebanyakan pejabat komisaris BUMN lainnya selama ini. Misi Ahok jelas untuk membersihkan Pertamina dari dalam. Urusannya juga jelas bakalan membuat ada yang terjungkir, tersungkur dan akhirnya tersingkir.

Hanya masalah waktu saja bagi Ahok untuk mengulang kembali kisah "bersih-bersih ala Pemprov DKI Jakarta" dulu di Pertamina. Sebentar lagi Ahok akan membuka "posko pengaduan" di pagi hari sebelum masuk jam kerja. Karyawan rendahan termasuk outsourcing yang tertindas, Agen-agen gas dan pom bensin, Rekanan pemasok (supplier) yang "dipalakin orang dalam" nantinya akan mengantri mengadukan nasibnya, persis seperti antrian warga di Balai Kota dulu. "Naga-naganya" sudah terlihat ketika Ahok membuat wacana "Lelang Jabatan" untuk jenjang promosi staf Pertamina.

Mungkin sebentar lagi tender juga akan berlangsung secara terbuka lewat elektronik, tanpa rekanan dan pejabat Pertamina harus bertemu. Kalau semuanya berlangsung transparan, bagaimanakah nasib para calo, makelar dan pemburu rente yang menjadi parasit di Pertamina selama puluhan tahun ini?

Yang jelas, pastinya akan ada perlawanan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan, termasuk dengan mengajak orang/organisasi dari luar Pertamina sendiri. Kalau dulu ada "penista agama," maka besok-besok akan muncul "penista kadrun!"

Di hadapan Erick, Ahok sudah membuka kartunya. Ia adalah seorang komisaris Utama, but acting as Presiden Direktur sesuai dengan petunjuk bos. Ahok akan melakukan apa saja yang dianggap perlu untuk membereskan kekacauan di Pertamina. Itulah sebabnya iapun tak segan menyuarakan pembubaran kementerian BUMN.

Erick terhenyak, tidak menyangka urusannya akan panjang begini. Ia juga punya misi yang sama seperti Ahok tetapi dengan pendekatan berbeda. Erick juga bukannya tidak setuju dengan ide Super Holding. Namun masalahnya BUMN itu seperti "kucing kurus mandi di papan, tak terurus bak tikus kurapan." Asetnya super gede tapi profitless bahkan masih menyusui kepada negara.

Erick ingin terlebih dulu membenahi BUMN ini satu persatu. Me-restrukturisasi keuangan dan busines plan, termasuk menyegarkan susunan Direksi/Komisaris. Setelah BUMN ini sehat, barulah kelak akan digabungkan ke dalam satu Super Holding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun