Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mendekatkan yang Jauh, Menjauhkan yang Dekat

10 April 2021   01:23 Diperbarui: 10 April 2021   01:24 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak pelak lagi, internet termasuk media sosial menjadi sesuatu yang 'melekat erat' pada setiap orang di dunia. Indonesia sendiri yang berpenduduk sekitar 270 juta orang tercatat sebagai pengguna media sosial yang cukup besar yaitu sekitar 200 juta bahkan beberapa artikel jumlah itu bisa lebih mengingat seseorang mungkin menggunakan lebih dari satu media sosial.

Dampak penggunaan media sosial memang cukup besar, antara lain seseorang sering mengenyampingkan interaksi sosial secara langsung. Seseorang tak lagi sering pergi ke ruang terbuka hijau untuk membawa anak-anaknya berjalan menikmati sore hari. Atau tidak banyak remaja yang bergaul dengan remaja lainnya meski sekampung. Jika dulu ada wadah yang bernama Karang Taruna  di setiap kampung, kini itu hanya tinggal kenangan.

Sebaliknya, seseorang amat akrab dengan gawainya. Mereka menghabiskan waktu dengan gawai bahkan saat di kamar mandi. Bahkan ada sebuah penelitian sekelompok mahasiswa di Surabaya yang menemukan bahwa 83% remaja di kota mereka yang berusia sekitar 13 -- 25 tahun, menyatakan bahwa mereka tidak bisa lepas dari media sosial walau hanya sehari saja.

Internet dan media sosial tidak hanya diperlukan untuk mencari informasi namun sebagai eksistensi diri. Para pengguna tak jarang menjadi pribadi yang asing bagi lingkungan sekitar karena sibuk sendiri. Bahkan ketika bergaul dengan sanak saudara, secara raga mereka berkumpul tapi sejatinya mereka asyik sendiri dengan gawainya. Singkat kata internet dan medsos mampu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Inilah celah yang dimanfaatkan oleh para simpatisan radikalisme. Mereka membangun narasi dan meme melalui media sosial. Meme mereka buat sedemikian menarik bagi para pemuda tergugah dengan apa saja yang mereka buat; yang umumnya soal perjuangan agama dan hal-hal soal akhirat. Mereka juga memberikan pemahaman yang agak berbeda dengan ajaran agama pada umumnya. Biasanya ini terjadi karena tafsir yang berbeda.

Contoh yang paling nyata adalah pelaku penyerangan di Mabes Polri. Perempuan belia yang berumur 25 tahun itu dikenal sebagai pribadi tertutup oleh orang sekitar, meskupun keluarganya dinilai ramah dengan para tetangga. Namun pelaku yang bernama ZA nyaris tidak pernah keluar dari rumah dan sama sekali tidak berinteraksi dengan para tetangga. Dia disibukkan dengan kegiatannya sendiri di  kamar dengan gawai dan laptopnya.

Dan ajaran intoleransi dan radikalisme memang didapatkannya dari internet. Pemahaman yang salah soal agama ditelannya mentah-mentah tanpa mau melibatkan (bertanya) kepada keluarga atau lingkungan sekitar. Akibatnya dia dengan nekad membawa senjata ke Mabes Polri dan melepaskan enam tembakan ke arah polisi.

Karena itu, cermati penggunaan media sosial anda dan konten-konten yang anda nikmati. Jangan sampai terseret pada arus yang salah, terutama juga jangan sampai mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun