Mohon tunggu...
Jessica Pradipta
Jessica Pradipta Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Sumatera Utara, penggiat sastra dan warna. Ia terus menulis agar selalu hidup di berbagai tempat dan waktu, berguna dan tidak punah. CelotehNgoceh.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[My Diary] Catatan Sejarah

14 April 2016   16:26 Diperbarui: 14 April 2016   16:44 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="FC/kompasiana.com"][/caption]Rabu, 13 April 2016

Dear Diary,

Hatiku tersayat seiring jatuhnya bulir- bulir air mata Dinda. Perih. Dengan segala tenaga aku menahan mataku untuk tidak menjatuhkan air kesedihannya. Jangan sampai aku, satu- satunya penenang haatinya yang tersisa, tidak tegar. Aku ingin dia juga segera tegar. Diary, mengapa badai besar itu melanda Dinda? Hati murninya tak pantas untuk diombang- ambing kekejaman duniawi seperti ini.

Aku muak dengan orang- orang yang menyakiti hatinya..

Yang sayangnya sedikit membuatku bersyukur pula.

 

Tidak! Bukan itu, Diary! Aku bersyukur Sang Pencipta mengarahkan pandangan Dinda tertuju padaku.. Pada akhirnya. Aku selalu meliriknya, kagum dengan penuh apresiasi kepada ciptaan-Nya yang bersinar di mataku. Senyumnya yang menyinari sekitar, wajah cemberutnya saat jengkel padaku, dan semua ekspresi perasaannya yang tak sungkan diperlihatkannya. Sungguh jiwa yang penuh kejujuran. Penampilan sederhananya selalu memukau bagiku, Diary. Hanya dia yang membuatku terpana.

Ekspresinya sungguh jujur. Tak pernah dia sungkan mengatakan bahwa aku menjengkelkan. Aku suka.

Selama ini aku tak mengapa bila dia memandangku sebagai lalat pengganggu yang tengil dan menjijikkan. Itu bukan berarti apa- apa.

Aku yakin, tak ada seorang pun yang lebih mengerti dan mengenal Dinda selain aku. Aku tahu ada gelimang kesedihan yang bersembunyi di mata jernihnya itu. Di balik gelak tawa tulusnya, di balik senyum malunya, di balik murung manjanya, ada kesedihan yang bercokol di sana. Aku takjub sekaligus prihatin. Dengan ikhlas dan bijaksananya Dinda dapat membelakangi setiap badai dan tak menyerah mengarahkan pandangan pada matahari dan pelangi yang di depannya. Dia mampu tertawa dan tetap ceria bersama teman- teman sekelasnya!

Dinda. Aku sayang dia. Diary, aku sayang Dinda!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun