Mohon tunggu...
Suci Gulangsari
Suci Gulangsari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulis dari hati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Soal Bayi Tewas Karena Ibu BB-an, Kompas Terlalu Ceroboh

1 Oktober 2011   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heboh tulisan Titi di Kompasiana tentang seorang bayi berusia 1,5 tahun yang tewas karena ditinggal ibunya yang asyik ber-BB ria, layak dicermati lebih mendalam. Ada banyak pertanyaan yang muncul setelah membaca tulisan pertama, yang disusul beberapa tulisan berikutnya.

Pertama, kok ya ada ibu yang begitu tega meninggalkan anaknya menangis sendirian di kamar. Sementara dia tidak sedang mengerjakan pekerjaan lain yang lebih urgen.

Lazimnya, anak pertama adalah segala-galanya bagi seorang ibu. Dia akan mencurahkan hampir seluruh waktunya untuk sang anak. Jangankan sampai nangis berkepanjangan. Ibaratnya, sang bayi menguap saja, sudah mampu mencuri perhatian sang ibu.

Namun dalam cerita Titi digambarkan seolah-olah sang ibu sama sekali tidak peduli/tidak mendengar tangisan sang bayi yang tiada henti.

Kedua, tentang rentang waktu kejadian dan waktu posting tulisan Titi di Kompasiana yang hanya berselisih sekitar 20 menit. Karena rentang waktu yang pendek ini, banyak Kompasioner yang menyebut kejadian ini sebagai hoax atau berita bohong belaka.

Dari kedua alasan tersebut, menurut saya : tulisan ini bisa hoax dan tidak. Jika banyak kompasioner mempersoalkan kecepatan Titi menulis dengan gaya bahasa yang baik dan runtut, waktu 20 menit bukan merupakan persoalan bagi mereka yang terbiasa menulis dengan baik. Bahkan, bagi Anda yang wartawan, tentu waktu 20 menit adalah waktu yang relatif panjang untuk membuat tulisan semacam itu.


Yang menjadi perhatian saya justru tindakan Titi yang memaparkannya dalam bentuk tulisan pada saat jam kerja. Ini menunjukkan ketidakprofesionalan Titi dalam bekerja. Waktu itu ia tengah bertugas sebagai karyawan di sebuah instansi kesehatan. Tapi kenapa dia malah asyik bermain jajaring sosial (bila kita soroti tentang mental, apa bedanya ia dengan si ibu yang ditulisnya).

Berdasarkan pengalaman saya, untuk menulis cepat, baik dan runtut ( sebanyak karakter yang ditulis Titi) tidak bisa dilakukan dengan sebuah handphone dalam waktu sekitar 20 menit. Artinya, dia menulis naskah itu di komputer/laptop. Pertanyaannya, kalau dia menulis di komputer pada jam dinas, tentunya yang dipakai 'bermain-main' adalah komputer kantor yang nota benenya untuk bekerja dan bukan untuk kepentingan pribadi.

Setelah tulisan itu menjadi perhatian publik dan menjadi polemik, Titi kemudian membuat tulisan baru yang menjelaskan bila kejadian yang ia tulis adalah benar adanya. Menurut saya, wajar dan sah sah saja ada bantahan demikian setelah banyak yang mempertanyakan tulisannya. Apalagi berita heboh yang dibuat Titi sifatnya adalah citizen journalism.

Tapi yang membuat saya lebih kaget adalah hanya dengan berbekal tulisan dan keterangan lanjutan dari Titi, Kompas.com sudah berani menurunkan tulisan yang berjudul Bayi Tewas karena Ibu Asyik BBM Bukan Berita Bohong.

Menilik judul tulisan tersebut, artinya secara kelembagaan Kompas.com sudah mengakui dan menyakini bila apa yang ditulis Titi adalah benar adanya. Sebagai media besar, seharusnya kompas tidak seceroboh itu. Bagaimana mungkin kompas bisa menarik kesimpulan bahwa tulisan Titi itu benar adanya hanya dengan berbekal dari satu sumber saja, yakni Titi. Tidak ada sumber lain yang menguatkan tentang kebenaran berita tersebut.

Dalam kaidah jurnalistik, media belum menganggap sebuah berita itu benar hanya berdasarkan keterangan satu pihak. Secara keseluruhan dalam tulisan itu, sama sekali tidak ada keterangan dari pihak suami/keluarga korban,pihak kepolisian atau klinik tempat Titi bekerja. Karena itu, saya anggap terlalu berani Kompas sudah menayangkan tulisan yang berjudul seperti itu.

Mungkin saya yang kurang cermat dan belum membaca berita lain serupa, yang mengupas berita ini lebih gamblang di Kompas.com. Namun sekali lagi, hingga saya memposting tulisan ini di kompasiana, saya belum menemukan satupun berita serupa yang merupakan hasil investigasi wartawan Kompas.com, yang secara jurnalistik dan hukum bisa dipertanggungjawabkan.

Jika yang dimaksud judul tersebut merupakan keterangan dari Titi, seyogyanya ditulis Titi : Bayi Tewas karena Ibu Asyik BBM Bukan Berita Bohong atau dalam bentuk kutipan langsung "Bayi Tewas karena Ibu Asyik BBM Bukan Berita Bohong".

Saya kira, setelah tulisan itu muncul, Kompas harus bertanggung jawab tentang tulisan yang sudah diyakini benar. Kompas wajib menurunkan wartawannya dan membuat laporan untuk membuktikan bila kejadian itu benar adanya. Ini untuk menjawab pertanyaan Kompasioner yang menganggap berita hoax belaka. Sementara Kompas secara lembaga yakin benar adanya.

Investigasi ini sekaligus akan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Penulis, si ibu muda dan media yang memuatnya. Jika tulisan hoax, si penulis harus berani mempertanggungjawabkannya karena ia telah membuat kebohongan publik. Benar atau tidaknya kompas harus menurunkan runningnews berita ini, sehingga jelas duduk persoalannya dan kebenarannya tidak terus menerus menjadi pro kontra. Apakah Titi yang berbohong ataukah si ibu yang memang benar-benar lalai.

Jika kejadian itu benar, polisi harus memproses secara hukum ibu sang korban. Karena telah lalai dan mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Ingat, kasus Saiful Jamil dan beberapa kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal dunia yang menempatkan sopir/pengendara sebagai tersangka, karena dianggap lalai dan berakibat hilangnya nyawa orang lain.

Dan bagi Kompas bisa lebih berhati-hati lagi dalam menurunkan sebuah berita. Perlu cek dan ricek kebenarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun