Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jiwa Pahlawan, Masih Adakah?

10 November 2021   10:09 Diperbarui: 10 November 2021   10:12 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggal 10 November 2021 diperingati sebagai Hari Pahlawan. Setiap tahun bangsa Indonesia memperingati hari nasional tersebut untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur.

Peringatan Hari Pahlawan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur.  Tanggal 10 November diperingati sebagai hari nasional untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia, khususnya rakyat Surabaya yang terlibat dalam pertempuran Surabaya.

Pertempuran di Surabaya merupakan perang pertama yang meletus setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.  Pertempuran ini melibatkan pasukan Indonesia dengan pasukan Inggris dan merupakan salah satu pertempuran terbesar juga terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.  Pertempuran Surabaya menjadi simbol nasional perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. (https://caritahu.kontan.co.id/news/sejarah-singkat-hari-pahlawan-yang-diperingati-setiap-tahun-pada-10-november).

Tiga alinea diatas, menjelaskan sekelumit tentang adanya peringatan Hari Pahlawan, 10 Nopember 2021. Figur sentralnya yang terkenal adalah Bung Tomo, yang memekikkan Merdeka, Allahu akbar!.

Bagaimana prolog sebelum 10 November 1945, kita sudah pernah membacanya dan mendengar dibangku sekolah diceritakan guru sejarah. Kisah itu merupakan spirit bagaimana hakekat bangsa Indonesia itu cinta akan kemerdekaan, cinta pada tanah air. Tidak ingin dijajah asing.

Semangat jiwa pahlawan itu, dalam perjalanan bangsa yang sudah 76 tahun merdeka, apakah masih kita miliki?, apakah kita melakukan perlawanan terhadap berbagai penjajahan dengan model, dan bentuk yang bermacam-macam?

Dari manakah dimulainya jiwa pahlawan? Jiwa pahlawan itu tidak bisa datang sendiri. Tidak bisa tiba-tiba jadi pahlawan, itu namanya pahlawan artifisial.  Jiwa pahlawan itu harus dibentuk dari kecil, dari kebiasaan, dari model yang ditunjukkan oleh orang tuanya.

Pertama sekali, jiwa pahlawan itu terbentuk dalam keluarga. Bagaimana seorang kepala keluarga menjadi pahlawan bagi istri dan anak-anaknya. Proses menjadi pahlawan dalam keluarga indikasinya adalah  apakah bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya. 

Bagaimana makannya apakah bergizi, bagaimana jaminan pendidikan dan  jaminan kesehatan yang disiapkan. Setidaknya kebutuhan dasar untuk hidup layak harus diperjuangkan sang kepala keluarga untuk menjadi pahlawan keluarga.

Jika kepala keluarga itu menjadi pemimpin di masyarakat. Dengan jiwa pahlawan yang dimiliki, maka jiwa untuk mengembangkan konsep-konsep dalam keluarga yang sudah dilakukan, menemukan formula yang tepat, dan menjadikan masyarakat yang dibawah kepemimpinannya menjadi sejahtera, masyarakat terdidik, masyarakat sehat, masyarakat yang bekerja, dan masyarakat yang punya hubungan sosial yang baik, dan akrab.

Demikian selanjutnya, saat negara mempercayainya menjadi pemimpin/penyelenggara negara, semangat dan jiwa pahlawan yang sudah mendarah daging, akan mengantarkan pada kemudahan tugasnya untuk mewujudkan masyarakat sejahtera (social welfare state) sebagaimana diamanatkan dalam UU Dasar 1945.

Apakah pemimpin kita saat ini, pada berbagai level, sudah melaksanakan tugasnya dengan jiwa pahlawan dimaksud. Jawabannya ada yang sudah, ada yang belum atau tidak sama sekali.

Ada tipikal  pemimpin yang menjadi pahlawan bagi keluarga, tetapi menjadi "garong" bagi negerinya, dengan berbagai kasus hukum yang dilanggarnya. 

Dia bahagia anak istrinya sejahtera,  berhasil dalam bisnis, pendidikan tinggi sampai keluar negeri (private goods)  tetapi saat bersamaan, dalam merencanakan (public goods) kehidupan masyarakatnya, tidak berorientasi pada ekonomi lemah, kelompok yang terpinggirkan (marginal), tetapi memberikan peluang dan kemudahan yang besar bagi pebisnis kakap, padat modal, dan bahkan ikut berbisnis juga, untuk mensejahterakan keluarga dan keturunan. Disebut juga peng-peng. Yaitu penguasa yang juga merangkap pengusaha.

Yang lebih sulit mengidentifikasinya adalah jika menggunakan casing sebagai pahlawan bagi rakyatnya.  Para konsultan men-design bagaimana produk kebijakan, perkataannya, tingkah lakunya bersahaja dan berusaha heroik sebagai pahlawan untuk berjuang melepaskan rakyatnya dari himpitan kesusahan, kesulitan bahkan keterpurukan.

Banyak rakyat terkecoh, dan percaya, karena memang karakter bangsa Indonesia itu adalah paternalistik. Itu  masih hidup subur, terutama di pedesaan dan masyarakat yang termarginalkan.  

Dengan gaya menebar sumbangan, bantuan sembako, rakyat mengelu-elu nya. Bagi tokoh masyarakat, dan tokoh agama, dikunjungi, dan dislipi ampelop diiringi mohon doa restu, agar berjalan lancar dalam melaksanakan tugas. Doa pun bertaburan. Apa urusannya, terkabul atau tidak itu urusan Tuhan, kira-kira pendoa itu berpikir.

Dari mana itu sumber dananya. Ya dana pemerintah. Kalaupun out of pocket, itupun bukan miliknya, tetapi dari oligarki teman peng-peng tadi.  Masih sulit, menemukan pejabat yang mengatakan bahwa "bantuan ini adalah berasal dari rakyat, dari pajak yang bapak/ibu keluarkan. Dari potongan pajak barang yang ibu beli, dari kepercayaan asing yang memberikan utang pada kita". 

Paket-paket bantuan pemerintah pekat dengan aroma kepentingan politik. Tapi rakyat tidak peduli.  Tidak ada wajah rakyat yang sedih menerima bansos. Mereka tersenyum apalagi kalau bantuannya sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam perenungan hari Pahlawan 10 November 2021, mari kita lihat posisi kita sebagai pahlawan bagi keluarga, pahlawan bagi masyarakat, dan pahlawan bagi negara.  Apakah ketiga dimensi itu ada bagi mereka yang diamanahkan sebagai pemimpin bangsa.

Jangan disia-siakan puluhan ribu nyawa melayang dalam pertempuran 10 November 1945. Mereka akan bertanya kepahlawanan apa yang  sudah dilakukan, untuk meneruskan kemerdekaan  menuju  rakyat yang sejahtera.  Bagaimana kita menjawabnya?

Cibubur, 10 Nopember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun