Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jiwa Pahlawan, Masih Adakah?

10 November 2021   10:09 Diperbarui: 10 November 2021   10:12 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah pemimpin kita saat ini, pada berbagai level, sudah melaksanakan tugasnya dengan jiwa pahlawan dimaksud. Jawabannya ada yang sudah, ada yang belum atau tidak sama sekali.

Ada tipikal  pemimpin yang menjadi pahlawan bagi keluarga, tetapi menjadi "garong" bagi negerinya, dengan berbagai kasus hukum yang dilanggarnya. 

Dia bahagia anak istrinya sejahtera,  berhasil dalam bisnis, pendidikan tinggi sampai keluar negeri (private goods)  tetapi saat bersamaan, dalam merencanakan (public goods) kehidupan masyarakatnya, tidak berorientasi pada ekonomi lemah, kelompok yang terpinggirkan (marginal), tetapi memberikan peluang dan kemudahan yang besar bagi pebisnis kakap, padat modal, dan bahkan ikut berbisnis juga, untuk mensejahterakan keluarga dan keturunan. Disebut juga peng-peng. Yaitu penguasa yang juga merangkap pengusaha.

Yang lebih sulit mengidentifikasinya adalah jika menggunakan casing sebagai pahlawan bagi rakyatnya.  Para konsultan men-design bagaimana produk kebijakan, perkataannya, tingkah lakunya bersahaja dan berusaha heroik sebagai pahlawan untuk berjuang melepaskan rakyatnya dari himpitan kesusahan, kesulitan bahkan keterpurukan.

Banyak rakyat terkecoh, dan percaya, karena memang karakter bangsa Indonesia itu adalah paternalistik. Itu  masih hidup subur, terutama di pedesaan dan masyarakat yang termarginalkan.  

Dengan gaya menebar sumbangan, bantuan sembako, rakyat mengelu-elu nya. Bagi tokoh masyarakat, dan tokoh agama, dikunjungi, dan dislipi ampelop diiringi mohon doa restu, agar berjalan lancar dalam melaksanakan tugas. Doa pun bertaburan. Apa urusannya, terkabul atau tidak itu urusan Tuhan, kira-kira pendoa itu berpikir.

Dari mana itu sumber dananya. Ya dana pemerintah. Kalaupun out of pocket, itupun bukan miliknya, tetapi dari oligarki teman peng-peng tadi.  Masih sulit, menemukan pejabat yang mengatakan bahwa "bantuan ini adalah berasal dari rakyat, dari pajak yang bapak/ibu keluarkan. Dari potongan pajak barang yang ibu beli, dari kepercayaan asing yang memberikan utang pada kita". 

Paket-paket bantuan pemerintah pekat dengan aroma kepentingan politik. Tapi rakyat tidak peduli.  Tidak ada wajah rakyat yang sedih menerima bansos. Mereka tersenyum apalagi kalau bantuannya sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam perenungan hari Pahlawan 10 November 2021, mari kita lihat posisi kita sebagai pahlawan bagi keluarga, pahlawan bagi masyarakat, dan pahlawan bagi negara.  Apakah ketiga dimensi itu ada bagi mereka yang diamanahkan sebagai pemimpin bangsa.

Jangan disia-siakan puluhan ribu nyawa melayang dalam pertempuran 10 November 1945. Mereka akan bertanya kepahlawanan apa yang  sudah dilakukan, untuk meneruskan kemerdekaan  menuju  rakyat yang sejahtera.  Bagaimana kita menjawabnya?

Cibubur, 10 Nopember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun